Thursday 29 October 2015

3 : Only One, You


Di malam hari yang hangat ini banyak orang-orang yang pergi keluar rumah untuk mencari hiburan dan bersenang-senang. Aku bisa melihat orang-orang yang ku kenal disana, mereka sedang berpacaran atau berjalan santai dan tidak memperhatikanku sama sekali. Karena tidak menemukan sesuatu yang menarik, aku melanjutkan perjalananku, dan sebuah tujuan terlintas di kepalaku.


Aku kembali ke bar yang kemarin malam aku kunjungi, Aku bermaksud mencari wajah sesorang yang tidak lagi asing bagiku. Aku mencari wanita, nyatanya. Dia sedang duduk sendirian di dekat kursi yang ada di dekat panggung, sambil melihat orang-orang menari juga para band yang sedang memainkan musik. Aku yakin dia pasti sedang tidak senang padaku, tapi aku tidak bisa menahannya, tidak ada salahnya mencoba dan dia benar-benar terlihat hot dengan gaun birunya. Setiap lekukannya tubuhnya terlihat jelas. Sambil menarik nafas dan berharap akan keberuntungan, aku mendekatinya dan mencoba berbicara dengan lembut dan menggairahkan. “Hai, Cantik.”
Dia berbalik dengan senyuman kecilnya sambil menyentuh bibirnya yang lembut, sampai dia sadar kalau itu adalah aku. Senyumannya menghilang dan dia berbalik dengan keadaan kesal. Pasti karena dia tidak senang denganku.
“Aku minta maaf atas kejadian kemarin malam.” Aku mencoba memeluk lengannya dengan lembut tapi dia mengelakkan lengannya sambil memberiku pandangan kesal. “Kemarin itu benar-benar keadaan darurat, aku tidak berbohong padamu. Kemarin temanku membutuhkan bantuanku. Bisakah kau memaafkan aku?”
“Apa sedarurat itu?” Aku dapat melihat pandanganya mulai melembut dan tubuhnya mulai rileks ketika aku menganggukkan kepala kepadanya. “Aku pikir aku bisa memaafkanmu, Per.”
“Bukankah kau yang termanis.” Aku tidak mengira ini lebih mudah dari yang aku bayangkan. Ku tarik dia ke arah tempat dudukku. Dengan tubuhnya yang kecil tidak sulit bagiku untuk mendekapnya, kepalanya menempel ke daguku. Bau parfumnya tercium dengan jelas, dan membuat ku sedikit bersemangat. Sambil menatap kebawah, aku mencium lembut rambutnya sambil membisikkan kata lembut ke arah telinganya. “Kenapa kita tidak kembali ketempat yang kita telah tinggalkan kemarin.., sayang?”
Aku melihat kearahnya dan aku terdiam sejenak. Oh, Sial! Aku masih saja tidak dapat mengingat namanya. Aku benar-benar mengacaukannya. Dia membalas pandanganku, tiba-tiba pandangannya berubah menjadi pandangan curiga.
“Kau pasti tidak bisa mengingat namaku, iakan?” Dia mendorongku dan menatapku dengan tatapan marah, sambil melipat tangannya. “Pergil sana, pergilah untuk menipu wanita lain.”
“Ayolah, Kau tidak bersungguh-sungguhkan.” Aku mencoba untuk kembali memeluknya dan mencium lehernya tapi dia dingin seperti sebuah es.
“Baiklah. Siapa namaku?”
“Uh… hmm…”
“Namaku.”
“Aww, Sayang. Kau tetap marah padaku.”
“Pergi kau, Berengsek!” Dia mengambil segelas minumannya dan melemparinya kearah wajahku dan berjalan pergi menninggalkanku.
“Sepertinya dia marah padaku.” Sayangnya, gelasnya berisi soda. Cairan lengket menetes dari wajah dan rambutku, menyenai seragamku. Malam ini benar-benar kacau. Dalam keadaan basah kuyup dan merasa gagal, Aku langsung pulang kerumah, menaiki sebuah taksi. Aku benar-benar tidak menghiraukan tatapan dan tawa dari mereka yang seakan-akan melihat aku ini adalah artis yang baru muncul. Ini cukup buruk karena aku bisa mendengar tawa sopir taksi selama perjalanan.
“Apa yang terjadi padamu?” Win duduk di depan rumahnya ketika aku berjalan melewati pagar depan rumahnya. Dia berdiri dan bermaksud untuk berjalan kearahku tetapi ayahnya mencegatnya.
“Win, Masuk kerumah. Sekarang.” Suara ayahnya terdengar jelas saat dia menatap kami di dekat pintu.
“Baiklah.” Sambil memberiku lambaian pelan, dia menyempatkan diri untuk memandangku sambil masuk kedalam rumahnya. “Malam, Per.”
“Malam, Win.” Aku membalasnya sambil tersenyum pada ayahnya, ayahnya benar-benar tidak menghiraukanku ketika dia menutup pintu rumahnya. Dia mulai membenciku dan sekarang ia sangat membenciku. Ketika aku kecil dia masih mengakui keberadaanku. Tapi sekarang, aku benar-benar terlupakan, dan sebenarnya dia lebih tidak menganggapku. Sial, aku harap dia tidak berbuat sesuatu pada Win.
“Aku pulang.” Suaraku seketika bergema di sekitar rumah dan aku langsung naik kekamarku.
“Selamat datang.” Ibuku berteriak dari dapur hingga bisa terdengar ke lantai dua.
Saat di kamarku, aku mengambil papan tulis putih kecilku. Win dan aku sering menggunakan ini untuk saling mengirimkan pesan. Win sudah menungguku di depan jendelanya dan aku langsung mengangkat papan tulis ku.

“Aku harus mandi, kembali dalam 5 menit”

Mungkin ini bisa sampai 15 menit, tapi tidak membutuhkan waktu lama untuk membersihkan badanku. Kulihat ke arah jendela Win, Aku dapat meilhat Win sedang duduk sambil membaca sebuah buku dan sudah mengenakan baju tidurnya. Dia tidak menyadari keberadaanku jadi ku ambil sebuah kerikil yang ada dimejaku dan aku melemparnya ke arah jendelanya. Seketika dia melompat dari kursinya, dan dia hampir terjatuh kebelakang.

“Pakailah bajumu.”

Aku melihat kebawah, aku baru menyadari kalau aku hanya mengenakan handuk untuk menutupi pinggangku. Aku lupa membawa pakaian tidur bersamaku saat aku pergi ke kamar mandi. Aku tersenyum padanya, dan aku kembali menulis.


“Aku seksi bukan?”

“Benar-benar seksi. Aku tidak tahan melihatnya! :P”

“Aku tau itu. Mau melihatku lebih dekat?”

“Sudah pergilah berpakaian jangan sampai aku pergi menghampirimu dan melepas handukmu.”

Aku sangat suka melihat Winnie disaat dia sedang liar. Itu tidak selalu terjadi tapi itu selalu membuatku tersenyum. Sambil mengambil pakaian tidurku, aku berjalan ke arah kamar mandi untuk menggosok gigiku dan berpakaian. Ketika aku kembali ke jendela dengan celana pendek bergaris hitam dan kaos hitamku, Win sudah menungguku dengan sesuatu di papannya.

“Jadi apa yang terjadi? Kau kalah bertarung dengan keran air?”

“Aku bertengkar dengan seorang wanita. Dia marah padaku karena kejadian kemarin malam.”

“Karena aku?”

“Bukan, Itu karena aku yang brengsek.”

“Maaf.”

“Tidak perlu.”

“Kenapa kau bisa basah kuyub?”

“Minumannya begitu saja mendarat di wajahku.”

“Maaf!”

“Sekali lagi kau mengatakannya aku akan tidur.”

“Tapi itu terjadi karena aku.”

“Ada banyak wanita yang bisa ku kencani.
Tapi hanya ada satu orang sepertimu yang aku punya.”

“Terima kasih!”

“Cukup. Jangan berterima kasih. Jangan meminta maaf.”

J

“Apa kau baik-baik saja?”

“Tentu.”

“Ayahmu benar-benar tidak suka kalau kita berbicara.”

“Tapi dia tidak bisa mendengar kita saat kita seperti ini.”

“Sangat tidak modern.”

“Apa kau sudah menyelesaikan PRmu?”

“Aku akan melihat punyamu besok.”

“Apa yang akan terjadi padamu jika tidak ada aku.”

“GAGAL!”

Win tertawa sebentar lalu dia menatap ke arah jam, dan ia menatap kearah pintu kamarnya. Aku mengangguk memberikan tanda padaku, aku bergerak kesamping dan aku bisa melihat ayahnya masuk ke ruangannya. Ku intip dia dari balik tiraiku, secara otomatis aku menahan nafasku, berharap tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi. Mereka berbicara sebentar lalu ayahnya pergi, dan menutup pintu kamarnya. Kuberjalan kembali ke jendela, Aku bisa melihat Win tersenyum malu-malu padaku.


“Waktunya tidur. Sampai bertemu besok.”

“Malam.”

“Mimpi indah.”

Win melambai dari jendelanya, senyumannya begitu lembut dan hangat. Aku membalas lambaiannya, aku merasa lebih tenang dari pada sebelumnya dan ruangan Win menjadi gelap. Aku pergi dari jendela, aku menatap kamarku sejenak dan aku sendirian.
Karena tidak ada yang bisa kulakukan, ku matikan lampu kamarku dan menaiki kasurku. Dari sini aku bisa melihat Win dari kamarnya yang gelap, ia tidak tenang dalam tidurnya. Saat melihatnya, aku merasa seperti Win ada disampingku. Ku anggkat tanganku, aku membayangkan ia di jari jemariku dan merasa penasaran apakah lukanya sudah sembuh. Yang bisa ku ingat saat sebelum aku tertidur. Apa dia baik-baik saja?

Terima kasih untuk teman-teman yang sudah membaca, jangan lupa untuk share, like dan subcribe ya.
Salam Evansawadee

No comments:

Post a Comment