Di malam hari yang hangat ini
banyak orang-orang yang pergi keluar rumah untuk mencari hiburan dan
bersenang-senang. Aku bisa melihat orang-orang yang ku kenal disana, mereka
sedang berpacaran atau berjalan santai dan tidak memperhatikanku sama sekali. Karena
tidak menemukan sesuatu yang menarik, aku melanjutkan perjalananku, dan sebuah
tujuan terlintas di kepalaku.
Aku kembali ke bar yang kemarin
malam aku kunjungi, Aku bermaksud mencari wajah sesorang yang tidak lagi asing
bagiku. Aku mencari wanita, nyatanya. Dia sedang duduk sendirian di dekat kursi
yang ada di dekat panggung, sambil melihat orang-orang menari juga para band
yang sedang memainkan musik. Aku yakin dia pasti sedang tidak senang padaku, tapi aku tidak bisa menahannya, tidak ada salahnya mencoba dan dia benar-benar
terlihat hot dengan gaun birunya. Setiap lekukannya tubuhnya terlihat jelas. Sambil
menarik nafas dan berharap akan keberuntungan, aku mendekatinya dan mencoba
berbicara dengan lembut dan menggairahkan. “Hai, Cantik.”
Dia berbalik dengan senyuman
kecilnya sambil menyentuh bibirnya yang lembut, sampai dia sadar kalau itu
adalah aku. Senyumannya menghilang dan dia berbalik dengan keadaan kesal. Pasti
karena dia tidak senang denganku.
“Aku minta maaf atas kejadian
kemarin malam.” Aku mencoba memeluk lengannya dengan lembut tapi dia
mengelakkan lengannya sambil memberiku pandangan kesal. “Kemarin itu benar-benar
keadaan darurat, aku tidak berbohong padamu. Kemarin temanku membutuhkan
bantuanku. Bisakah kau memaafkan aku?”
“Apa sedarurat itu?” Aku dapat
melihat pandanganya mulai melembut dan tubuhnya mulai rileks ketika aku
menganggukkan kepala kepadanya. “Aku pikir aku bisa memaafkanmu, Per.”
“Bukankah kau yang termanis.” Aku
tidak mengira ini lebih mudah dari yang aku bayangkan. Ku tarik dia ke arah
tempat dudukku. Dengan tubuhnya yang kecil tidak sulit bagiku untuk mendekapnya,
kepalanya menempel ke daguku. Bau parfumnya tercium dengan jelas, dan membuat
ku sedikit bersemangat. Sambil menatap kebawah, aku mencium lembut rambutnya
sambil membisikkan kata lembut ke arah telinganya. “Kenapa kita tidak kembali
ketempat yang kita telah tinggalkan kemarin.., sayang?”
Aku melihat kearahnya dan aku terdiam
sejenak. Oh, Sial! Aku masih saja tidak dapat mengingat namanya. Aku
benar-benar mengacaukannya. Dia membalas pandanganku, tiba-tiba pandangannya
berubah menjadi pandangan curiga.
“Kau pasti tidak bisa mengingat
namaku, iakan?” Dia mendorongku dan menatapku dengan tatapan marah, sambil
melipat tangannya. “Pergil sana, pergilah untuk menipu wanita lain.”
“Ayolah, Kau tidak bersungguh-sungguhkan.”
Aku mencoba untuk kembali memeluknya dan mencium lehernya tapi dia dingin
seperti sebuah es.
“Baiklah. Siapa namaku?”
“Uh… hmm…”
“Namaku.”
“Aww, Sayang.
Kau tetap marah padaku.”
“Pergi kau,
Berengsek!” Dia mengambil segelas minumannya dan melemparinya kearah wajahku
dan berjalan pergi menninggalkanku.
“Sepertinya dia marah padaku.”
Sayangnya, gelasnya berisi soda. Cairan lengket menetes dari wajah dan
rambutku, menyenai seragamku. Malam ini benar-benar kacau. Dalam keadaan basah
kuyup dan merasa gagal, Aku langsung pulang kerumah, menaiki sebuah
taksi. Aku benar-benar tidak menghiraukan tatapan dan tawa dari mereka yang seakan-akan
melihat aku ini adalah artis yang baru muncul. Ini cukup buruk karena aku bisa
mendengar tawa sopir taksi selama perjalanan.
“Apa yang terjadi padamu?” Win
duduk di depan rumahnya ketika aku berjalan melewati pagar depan rumahnya. Dia
berdiri dan bermaksud untuk berjalan kearahku tetapi ayahnya mencegatnya.
“Win, Masuk kerumah. Sekarang.” Suara
ayahnya terdengar jelas saat dia menatap kami di dekat pintu.
“Baiklah.” Sambil memberiku
lambaian pelan, dia menyempatkan diri untuk memandangku sambil masuk kedalam
rumahnya. “Malam, Per.”
“Malam, Win.” Aku membalasnya
sambil tersenyum pada ayahnya, ayahnya benar-benar tidak menghiraukanku ketika dia
menutup pintu rumahnya. Dia mulai membenciku dan sekarang ia sangat membenciku.
Ketika aku kecil dia masih mengakui keberadaanku. Tapi sekarang, aku
benar-benar terlupakan, dan sebenarnya dia lebih tidak menganggapku. Sial, aku
harap dia tidak berbuat sesuatu pada Win.
“Aku pulang.” Suaraku seketika
bergema di sekitar rumah dan aku langsung naik kekamarku.
“Selamat datang.” Ibuku berteriak
dari dapur hingga bisa terdengar ke lantai dua.
Saat di kamarku, aku mengambil
papan tulis putih kecilku. Win dan aku sering menggunakan ini untuk saling
mengirimkan pesan. Win sudah menungguku di depan jendelanya dan aku langsung
mengangkat papan tulis ku.
“Aku harus mandi, kembali dalam 5
menit”
Mungkin ini bisa sampai 15 menit,
tapi tidak membutuhkan waktu lama untuk membersihkan badanku. Kulihat ke arah
jendela Win, Aku dapat meilhat Win sedang duduk sambil membaca sebuah buku dan
sudah mengenakan baju tidurnya. Dia tidak menyadari keberadaanku jadi ku ambil
sebuah kerikil yang ada dimejaku dan aku melemparnya ke arah jendelanya.
Seketika dia melompat dari kursinya, dan dia hampir terjatuh kebelakang.
“Pakailah bajumu.”
Aku melihat kebawah, aku baru
menyadari kalau aku hanya mengenakan handuk untuk menutupi pinggangku. Aku lupa
membawa pakaian tidur bersamaku saat aku pergi ke kamar mandi. Aku tersenyum
padanya, dan aku kembali menulis.
“Aku seksi bukan?”
“Benar-benar seksi. Aku tidak
tahan melihatnya! :P”
“Aku tau itu. Mau
melihatku lebih dekat?”
“Sudah pergilah berpakaian jangan
sampai aku pergi menghampirimu dan melepas handukmu.”
Aku sangat suka melihat Winnie disaat
dia sedang liar. Itu tidak selalu terjadi tapi itu selalu membuatku tersenyum.
Sambil mengambil pakaian tidurku, aku berjalan ke arah kamar mandi untuk
menggosok gigiku dan berpakaian. Ketika aku kembali ke jendela dengan celana
pendek bergaris hitam dan kaos hitamku, Win sudah menungguku dengan sesuatu di
papannya.
“Jadi apa yang terjadi? Kau kalah bertarung dengan
keran air?”
“Aku bertengkar dengan seorang wanita. Dia marah padaku
karena kejadian kemarin malam.”
“Karena aku?”
“Bukan, Itu karena aku yang brengsek.”
“Maaf.”
“Tidak perlu.”
“Kenapa kau bisa basah kuyub?”
“Minumannya begitu saja mendarat
di wajahku.”
“Maaf!”
“Sekali lagi kau mengatakannya aku
akan tidur.”
“Tapi itu terjadi karena aku.”
“Ada banyak wanita yang bisa ku
kencani.
Tapi hanya ada satu orang
sepertimu yang aku punya.”
“Terima kasih!”
“Cukup. Jangan berterima kasih.
Jangan meminta maaf.”
“J”
“Apa kau baik-baik saja?”
“Tentu.”
“Ayahmu benar-benar tidak suka
kalau kita berbicara.”
“Tapi dia tidak bisa mendengar
kita saat kita seperti ini.”
“Sangat tidak modern.”
“Apa kau sudah menyelesaikan
PRmu?”
“Aku akan melihat punyamu besok.”
“Apa yang akan terjadi padamu
jika tidak ada aku.”
“GAGAL!”
Win tertawa sebentar lalu dia
menatap ke arah jam, dan ia menatap kearah pintu kamarnya. Aku mengangguk memberikan tanda padaku, aku
bergerak kesamping dan aku bisa melihat ayahnya masuk ke ruangannya. Ku intip
dia dari balik tiraiku, secara otomatis aku menahan nafasku, berharap tidak
akan ada hal buruk yang akan terjadi. Mereka berbicara sebentar lalu ayahnya
pergi, dan menutup pintu kamarnya. Kuberjalan kembali ke jendela, Aku bisa
melihat Win tersenyum malu-malu padaku.
“Waktunya tidur. Sampai bertemu besok.”
“Malam.”
“Mimpi indah.”
Win melambai dari jendelanya,
senyumannya begitu lembut dan hangat. Aku membalas lambaiannya, aku merasa lebih
tenang dari pada sebelumnya dan ruangan Win menjadi gelap. Aku pergi dari
jendela, aku menatap kamarku sejenak dan aku sendirian.
Karena tidak ada yang bisa
kulakukan, ku matikan lampu kamarku dan menaiki kasurku. Dari sini aku bisa
melihat Win dari kamarnya yang gelap, ia tidak tenang dalam tidurnya. Saat
melihatnya, aku merasa seperti Win ada disampingku. Ku anggkat tanganku, aku
membayangkan ia di jari jemariku dan merasa penasaran apakah lukanya sudah
sembuh. Yang bisa ku ingat saat sebelum aku tertidur. Apa dia baik-baik saja?
Terima kasih untuk teman-teman yang sudah membaca, jangan lupa untuk share, like dan subcribe ya.
Salam Evansawadee
Salam Evansawadee
No comments:
Post a Comment