Friday 13 May 2016

Smiling Face by Sa-Chan - Part End - [Part Story]



Smiling Face Part End
By : Sa-Chan

Last Face

Empat tahun kemudian,

Prefektur Hamamatsu-shi, Shizuoka

Author POV’s

Kota Hamamatsu terletak di antara kota besar Osaka dan Ibukota Jepang Tokyo. Menjadi tempat persinggahan yang nyaman bagi traveller, karena temperatur yang tidak sedingin tempat lain waktu musim dingin. Salju sangat jarang turun, bisa di katakan tidak pernah turun di Hamamatsu. Pantainya yang indah terdapat "Dune" (Padang Pasir) yang luas ramai pengunjung waktu musim panas dan festival. Hamamatsu Tower, reka bentuk bangunannya melambangkan Hamamatsu sebagai "MUSIC CITY". Menurut pakar peniup harmonika Sato-san, bangunan ini menyerupai harmonika. Di situ terletak Hotel Okura dan shopping mall, serta Stasiun Under One Roof !. Di komplek tower ini terdapat juga Museum Musik, di mana menyimpan alat musik tradisional Jepang maupun manca negara. Gamelan Jawa pun ada serta sering di mainkan oleh orang Jepang dan kadang di mainkan oleh "seniman" Jawa yang di undang khusus untuk pentas. Pada bulan Mei, yaitu liburan musim semi, di Hamamatsu ada festival MATSURI, seluruh desa di Hamamatsu menunjukkan atraksinya, yang terpusat di sekitar tower ini selama 3-4 hari. Kota Modern dengan tradisi ratusan tahun masih terpelihara. Ketika festival, terdapat beraneka warung makanan dari seluruh penjuru dunia, bertempat di Under Pass depan Okura City.

Smiling Face by Sa-Chan - Part 04 - [Part Story]



Smiling Face Part 4
By : Sa-Chan.

Face 4

Kiriya POV’s

Akal sehatku sudah hilang melihat kejadian tadi Sora bersama Fukatani, kekasihnya dulu. Sekarang aku sudah bergumul dengannya di atas kasur yang sering kami tidur bersama di sana. Aku menciumi bibirnya dengan cepat mengelus semua badannya yang putih mulus itu. Memainkan nipplenya yang sudah tegang mencuat. Sora hanya mengerang pelan ketika kuperlakukan seperti itu dia berusaha mendorong tubuhku, tapi aku lebih besar darinya jadi tidak mungkin Sora bisa membuatku menjauh dari pelukanku sekarang. Berhenti mencium bibirnya aku beralih ke tengkuknya yang menggiurkan selalu membuatku ingin membuat kiss mark di sana. Sora menjerit tertahan ketika aku menggigit lehernya pelan kedua tangannya kutahan di atas dengan kedua bajunya yang sudah kuangkat dan kualihkan sebagai pengingat tangannya.

“Ki ... Kiriya apa yang kau lakukan ? Lepaskan aku” serunya tertahan karena aku kembali memainkan nipplenya yang sudah memerah itu.

Smiling Face by Sa-Chan - Part 03 - [Part Story]



Smiling Face Part 3
By : Sa-Chan

Face 3

Kami sudah sampai di kampus dalam perjalanan kemari tadi tak ada yang berani bicara duluan. Kiriya masih dengan wajah amarahnya alisnya tertekuk sedemikian rupa, makin membuat wajahnya menakutkan. Aku tidak berani berbuat apa – apa lagi, jika Kiriya sudah seperti ini. Tiba – tiba segerombolan mahasiswi datang kearah kami dan langsung mengerumuni Kiriya, aku langsung melesat keluar dari gerombolan itu dan mengambil nafas dalam – dalam. Fans Kiriya memang sangat fanatik mungkin ini adalah kesempatanku untuk bebas dari Kiriya walau hanya sebentar, akupun langsung menjauh dari tempat mereka tiba – tiba Kiriya teriak kearahku.

“Hei Sora !! Kau mau kemana ? Jangan pergi !!” sahutnya masih teriak di gerombolan para fans – fansnya itu.

Smiling Face by Sa-Chan - Part 02 - [Part Story]


Smiling Face Part 2
By : Sa-Chan

Face 2

Tubuh Kiriya yang tinggi dan atletis sudah terhampar di atas kasurku yang cukup kecil untuk ukuran Kiriya. Kakinya yang panjang tidak cukup sampai menutupi kasurku itu. Aku hanya mendesah sambil menaruh tas selempang di meja belajarku, lalu menarik kursi di depannya dan mulai mengerjakan semua tugas – tugas kuliahku. Aktifitas ini sudah biasa kulakukan jika sehabis pulang bekerja, walaupun lelah, aku harus tetap rajin, karena aku adalah mahasiswa beasiswa di kampusku itu. Prestasiku tidak boleh turun walaupun tiap hari bekerja sebagai part-timer.

“Kau masih mengerjakan sesuatu ?” tanya Kiriya tiba – tiba mengagetkanku.

Smiling Face by Sa-Chan - Part 01 - [Part Story]



Smiling Face Part 1
By. Sa-chan

Author POV’s

“Kau melamun, Sora” sahut seseorang membuyarkan pikiran orang yang sedang melamun tersebut.

“Hanya halusinasimu saja Kiriya, aku pulang duluan” sahut orang yang melamun tersebut segera beranjak dari tempat duduknya, namun tangannya ditahan oleh orang yang bernama Kiriya itu.

“Kita makan siang dulu” ujar Kiriya menatap temannya itu dalam, Sora tahu dia tidak dapat melawan permintaan Kiriya tersebut.

Thursday 12 May 2016

"HERO" by Nayaka Al-Gibran - Part End - [Part Story]



HERO
By. Nayaka Al Gibran
Part End

“Apa yang ingin kamu tau tentang Mama dan Papa, Dek? Apa yang ingin kamu tahu tentangku?” Dia bicara, namun pandangannya sama sekali tidak tertuju padaku. “Kurasa dengan melihat keadaanku sekarang pun kamu sudah bisa menyimpulkan sendiri tanpa kuterangkan.”

“Gak, aku gak bisa. Tolong simpulkan untukku.” Aku tak ingin dia mendiamkan diri lagi. “Di mana Tante sama Om sekarang?”

Asap rokok mengawali jawaban Hero. “Mama meninggal lebih dua tahun lalu…”

"HERO" by Nayaka Al-Gibran - Part 11 - [Part Story]



HERO
By. Nayaka Al Gibran
Part 11

12 MONTHS EARLIER…

Pertama kalinya ia tahu jika ternyata teman masa kecilnya bersekolah di tempat yang sama dengannya, itu saat ia harus ke kantor untuk mengambil boardmarker baru. Hari itu adalah hari piketnya di kelas. Di kantor, ia tak sengaja mendengar ceramah guru BP di sekolahnya. Dari ruangannya, suara sang guru BP terlalu nyaring untuk diabaikan begitu saja. Sebenarnya bukan suara sang guru yang tidak bisa diabaikan, tapi nama yang disebutkan berulang-ulang oleh sang guru dengan nada marah. Nama yang begitu ia ingat, yang berkali-kali ia tulis dalam catatannya. Ia seperti tersiram air es ketika mendengar nama itu. Berlama-lama memilih boardmarker, ia menunggu siswa yang sedang diceramahi itu keluar dari ruangan guru BP, untuk memastikan keyakinannya.

"HERO" by Nayaka Al-Gibran - Part 10 - [Part Story]



HERO
By. Nayaka Al Gibran
Part 10

3 YEARS AGO…

Di kamarnya, ia merasa perlu membuka buku catatannya. Firasatnya terasa lain hari itu. Ingatannya tidak pernah sekuat itu. Ketika ia mulai membaca setelah cukup lama tidak membuka bukunya, ia menyadari banyak hal yang belum dituliskannya, hal-hal menyangkut perasaannya. Ia perlu menuliskannya juga. Maka ia mulai menulisi lembar baru, menambah catatan baru, mencita-citakan hari depan, mereka-reka hari di mana mereka akan bertemu kembali, menjabarkan harapannya di setiap baris. Kian hari, aktivitas itu kian terasa mengasyikkan. Ia seakan bisa bercengkerama langsung dengan seseorang di masa lalu itu.

"HERO" by Nayaka Al-Gibran - Part 09 - [Part Story]



HERO
By. Nayaka Al Gibran
Part 09

Aku masih belum ingin pulang, masih ingin bicara dengannya. Tapi tiba-tiba hapeku berdering. Hero mendiamkan diri. Kurogoh sakuku dan kutemukan nama Mas Nawi di layar hape.

“Iya, Mas?”

"HERO" by Nayaka Al-Gibran - Part 08 - [Part Story]



HERO
By. Nayaka Al Gibran
Part 08

Aku ingin waktu berhenti bergerak.

“Ada darah beku di sini.” Dia mendongak menatapku. “Kalau kulitnya kugores biar darahnya keluar, apa kamu sanggup tahan?”

Aku ingin menggeleng, jika kulakukan, dia pasti akan mengataiku penakut. Ah, aku ingin dia mengatakannya. Jadi, kugelengkan kepalaku.

"HERO" by Nayaka Al-Gibran - Part 07 - [Part Story]



HERO
By. Nayaka Al Gibran
Part 07

“Itu rumahnya, Bang.” Anak di sebelahku menunjuk, dia melepaskan pegangannya dan hendak berbalik pergi, tanpa salam perpisahan. 

“Hei, tunggu!” seruku. Dia kembali mematung. Kurogoh dompetku dan kuangsurkan selembar uang lima ribuan padanya. “Buat Adik. Makasih udah ngantar Kakak ke sini.” Sejenak si anak terlihat ragu. Dia baru mengambil setelah kuangsurkan tanganku lebih ke depannya. “Jangan dibuat beli rokok, ya!” kataku dengan mimik serius. 

"HERO" by Nayaka Al-Gibran - Part 06 - [Part Story]



HERO
By. Nayaka Al Gibran
Part 06

4 YEARS AGO…

Ia sudah kebal. Sudah hapal gelagat dan sudah jemu melakukan sedikit perlawanan. Jadi, ia memutuskan untuk merubah metode. Tidak lagi menunggu didorong hingga terpojok ke dinding, tidak lagi menunggu dibentak yang kadang-kadang membuat liur si pembentak terpercik ke seragam atau ke mukanya, atau yang lebih parah―dipukuli hingga memar atau dikunci di toilet sekolah yang kotor dan menjijikkan. Ia akan membuat sedikit revolusi, revolusi seperti langsung menyerahkan uang sakunya begitu dihadang berandalan di sekolahan. Langsung menyerahkannya begitu saja dan berlalu pergi setelahnya. Revolusi kecil itu memang menyelamatkannya dari diperlakukan kasar. Namun setiap tiba jam istirahat, ia menemukan dirinya merindukan seseorang, seseorang yang akan datang secara mendadak dan mengajaknya ke kantin sekolah, berbagi uang saku dengannya.

"HERO" by Nayaka Al-Gibran - Part 05 - [Part Story]



HERO
By. Nayaka Al Gibran
Part 05

5 YEARS AGO…

Bocah yang baru saja mendapatkan seragam putih biru itu mulai menulis. Menulis apapun yang mampu diingatnya tentang anak laki-laki berpakaian adat DKI dalam bingkai di atas meja belajarnya. Menulis satu hingga dua lembar sehari di sela-sela pekerjaan rumahnya. Lalu ia akan membacanya dalam hati, dan tersenyum sendiri kadang-kadang. Ketika suatu hari ia mendapati tak ada lagi yang bisa ditulis―karena ia yakin telah menulis semuanya, ia pun berhenti menulis dan mulai membaca buku itu hampir tiap malam sebelum tidur hingga nyaris bisa menghapalkan isinya.

"HERO" by Nayaka Al-Gibran - Part 04 - [Part Story]



HERO
By. Nayaka Al Gibran
Part 04

6 YEARS AGO…

Bocah itu menyerah memencet-mencet tombol di gagang telepon. Ia benar-benar lupa angkanya. Angka paling tepat yang dipencetnya hanya kode area saja, selebihnya ia menebak. Ia sudah mencoba ini beberapa kali sejak menetap di rumah baru, belum menyerah meski mamanya sudah pernah melarangnya. ‘Kasihan Papa bayar tagihan teleponnya, Dek’, begitu mamanya pernah berkata menyikapi panggilan teleponnya yang selalu salah sambung. Awalnya, ia menyalahkan mamanya yang menganggap bahwa buku telepon di rumah lama mereka bukanlah sesuatu yang wajib dibawa. Belakangan, ia mulai menyalahkan dirinya sendiri yang tidak pernah terpikir untuk menghapal deretan nomor tersebut, padahal hanya beberapa angka saja. Dan ia menyesalinya.

"HERO" by Nayaka Al-Gibran - Part 03 - [Part Story]



HERO
By. Nayaka Al Gibran
Part 03

7 YEARS AGO…

Di satu rumah, anak itu duduk di meja belajarnya sambil menopang dagu. Di depannya, sebuah bingkai foto sepuluh inci menggeletak di atas meja. Di dalam bingkai, dua sosok anak laki-laki yang masing-masing berpakaian adat Bali dan DKI Jakarta berdiri saling berpegangan tangan, keduanya sama-sama menjulurkan lidah ke kamera. Sekilas, anak yang masih menopang dagu terlihat tersenyum. Ia mengenang saat ketika foto itu diambil, tujuh belas Agustus, pertama kalinya ia dan karibnya ikut karnaval. “Sedang apa Romi di sana?” bisiknya pada diri sendiri sambil menyusurkan telunjuknya di atas bingkai, tepat di wajah anak lelaki berpakaian DKI Jakarta.

"HERO" by Nayaka Al-Gibran - Part 02 - [Part Story]



HERO
By. Nayaka Al Gibran
Part 02

8 YEARS AGO…

“Kamu mau pindah sekolah?”

“Iya.”

“Kenapa?”

“Ayahku mau jadi guru di sekolah lain, jauuuh…”

“Kamu pindah ke sekolah ayahmu yang baru?”

“Ayahku guru SMA, Romi. Aku masih SD!”

"HERO" by Nayaka Al-Gibran - Part 01 - [Part Story]



HERO
By. Nayaka Al Gibran
Part 01

Kau tidak bisa memilih kepada siapa dirimu akan jatuh cinta…

Karena jika hati bisa disugesti, akan kutujukan rasaku buat guru baru muda nan handsome yang mengajar Bahasa dan Sastra sejak enam bulan lalu di sekolah. Pun begitu andai hati dapat didikte, akan kulabuhkan rasaku untuk kapten basket nan hottie yang digilai seluruh cewek dari kelas sepuluh hingga kelas dua belas. Demikian juga bila hati boleh diperintah, akan kujatuhkan rasaku pada ketua OSIS nan smart yang mampu melelehkan hati semua cewek tiap kali dia memamerkan senyumnya.

Monday 2 May 2016

"Selfie" by R.Adan [Short Story]



Selfie
By : R.Adan

“oke ka, gue rasa gue udah mulai gila” ucap leo sambil mengacak-acak rambutnya dengan sangat frustasi. Azka, sahabat sekaligus tetangganya tidak mengubris ucapan leo sama sekali. Azka tetap fokus pada buku paket biologi yang ia baca.

"Pria Dungu & Bintang Bewarna Biru" by Robynokio [Short Story]



Pria Dungu dan Bintang Berwarna Biru
By. Robynokio

Duduk seorang lelaki dungu, di atas atap mencari warna biru di langit malam sabtu.

"Cinta" by Secret [Short Story]



Cinta…
By : Secret

Dia anak baru. Pindahan dari Bandung. Namanya Irga Setiawan. Tingginya 167, tidak terlalu gemuk dan memiliki wajah serta style rambut khas Asia. Kulitnya putih tapi matanya bulat, membuat setiap orang terkadang berfikir dia keturunan China atau bukan. Bagiku, hanya satu yang bisa menggambarkannya. Cute.

"Seharusnya Tak Begini" by DewaSa [Short Story]



Seharusnya Tak Begini
By. DewaSa

Hai teman, masih ingat denganku?

Aku DewaSa, pemuda (mungkin) yang saat ini berusia 18 tahun. Baiklah, tentangku sepertinya tak penting. Berikut ini adalah cerpen ke-duaku yang Aku tulis sekitar setahun yang lalu. Cerpen ini tak ada hubungannya sama sekali dengan LGBT (maaf membuatmu kecewa) tapi apa salahnya? Aku beranggapan FP ini tak melulu tentang cerita cinta LGBT atau dunia seperti itu dengan segala tetek bengeknya. Aku beranggapan jika FP ini adalah tempat untuk berbagi, berbagi cerita untuk kaum seperti kita, untuk kaum seperti kami. Jadi yah, selamat membaca. Oh iya, Aku sudah membaca semua komentar kalian di bawah kolom ceritaku yang lalu. Aku bahagia saat membacanya. Tak hentinya Aku me-refresh laman ini untuk mengetahui siapa saja yang 'notice' terhadap orang baru seperti Aku. Terimakasih atas suport kalian. Selamat membaca, semoga kalian terhibur.
Salam, seaeorang yang belum dapat Universitas

DewaSa.

**

"Love Story" by Nayaka Al-Gibran [Short Story]



Love Story 
By. Nayaka Al Gibran

CUAP2 NAYAKA

(Warning : pengantar ini mungkin akan panjang dan memuakkan, skip jika kalian ingin langsung ke cerita)

Salam…

"Metamorfosis Kupu-Kupu" by Nayaka Al-Gibran [Short Story]



Metamorfosis Kupu-Kupu
By. Nayaka Al-Gibran

Kupu-kupu bisa jadi ciptaan paling indah di bumi

Setiap millimeter anatominya adalah keindahan

Bahkan dua mata majemuknya

Bahkan kakinya

Bahkan belalainya

Bahkan sepasang antenanya

Kupu-kupu bisa jadi ciptaan paling ajaib di bumi

Setiap kepakan sayapnya seperti magis

"Hai, Orang Asing" by DewaSa [Short Story]



Hai, Orang Asing
By. DewaSa

Mungkin kometar pertama kalian adalah "dikiiit banget" atau komentar-komentar lain yang menjurus pada hal seperti itu. Aku ingatkan, jadilah teman yang baik. Beri komentar, kritikan, saran, apresiasi, atau apalah yang dapat membangun. Bukannya hujatan. Terimakasih dan selamat membaca. – DewaSa-