Friday 19 August 2016

Burung Kertas by Nayaka Al-Gibran - End Of Part - [Part Story]



Burung kertas Part End
By : Nayaka Al Gibran

Padang Bulan, Oktober 2004

Kami melewati Bulan Puasa Teuku sama seperti dulu. Aku masih ikut sahur dan berbuka bersamanya, kadang-kadang masih mengisi perut dengan segelas jus atau air mineral dingin di siang hari, masih sering tertidur ketika sedang mendengarnya membaca kitab suci. Bedanya, kami tidak lagi membeli menu sahur sepulang dia dari mesjid. Karena sudah punya motor, kami membeli menu sahur tepat di jamnya. Seperti dulu, aku menikmati rutinitasku, bahkan lebih menikmatinya kini.

***

Burung Kertas by Nayaka Al-Gibran - Part 05 - [Part Story]



Burung Kertas Part 5
By : Nayaka Al Gibran

Padang Bulan, 07 Juli 2004

Aku mendapat kado sehelai oblong warna hitam dari Teuku sebagai hadiah ulang tahunku. Dia juga membelikan kue tart dan lilin angka 19 untukku. Tidak sepertiku yang mengagetkannya tepat tengah malam, Teuku baru masuk kamarku setelah sembahyang subuh. Aku memakluminya, dia tak pernah mengejutkan orang ketika masih dalam jam dimana si orang tersebut seharusnya beristirahat. Itu katanya.

“Masih terhitung awal bulan, jadi aku beli yang mahalan dikit…” ujarnya ketika aku mempentangkan oblong itu dari bungkusnya.

Aku tersenyum senang ketika melihat labelnya, dia benar, ini cukup mahal. Tapi aku masih ingin balas dendam mengingat betapa dia pernah membuatku geram saat ultahnya Desember kemarin.

“Coba kalau warnanya putih ya, Ngil… bakal lebih senang.”

“Aku kan beli sesuai seleraku, kalau mau yang warna putih harusnya kamu kasih uangnya ke aku lebih dulu. Gak terima kasih banget…”

“Bercanda…” tukasku sambil tertawa. “Makasih ya, Ngil…”

Burung Kertas by Nayaka Al-Gibran - Part 04 - [Part Story]



Burung Kertas Part 4
By : Nayaka Al Gibran

Kota Medan, tahun baru 2004

Aku membawa Teuku melihat pesta kembang api di alun-alun kota Medan. Kami sudah terlunta-lunta sejak pukul sembilan malam. Teuku berkali-kali mengeluh kakinya pegal dan mengajakku duduk dimana saja. Kalau tidak ingat bakal mengundang perhatian, ingin saja aku mendukungnya di punggungku, dia tidak lebih berat dari kopernya yang pernah kupikul dulu.

“Jayen… kakiku rasanya mau tanggal. Nyesal deh aku ikut ajakanmu…”

“Tepat tengah malam saat kembang apinya sudah memenuhi langit Medan, rasa sesalmu bakal terinjak-injak hancur tak bersisa,” cetusku sambil menyodorkan kaleng soft drink buatnya. “Lagipula, ini kan pesta setahun sekali, masa kamu mau ngurung diri di kamar kos dengan film-film gak jelas di laptopmu itu.”

“Film-ku jelas tau, memangnya laptopmu, isinya bokep semua.” Dia menenggak isi kaleng dengan rakus, “Alamat harus cari kamar kecil lagi nih…”

Burung Kertas by Nayaka Al-Gibran - Part 03 - [Part Story]



Burung Kertas Part 3
By : Nayaka Al Gibran

Padang Bulan, 23 Desember 2003

Sebenarnya aku ingin pulang merayakan natal bersama keluargaku di Kisaran seperti Teuku yang tega meninggalkanku untuk merayakan lebaran dengan keluarganya di Banda Aceh. Aku benci bila ingat bagaimana dia membuatku kehabisan akal untuk menghalangi kepulangannya di penghujung Bulan Puasa lalu, saat itu dia sedang memasukkan baju-baju ke ranselnya.

“Aku bisa nangis penuh satu bak mandi bila gak nyium tangan abah dan ummiku setelah Shalat Ied…” jawabnya ketika aku memintanya untuk tidak pulang.

“Iya, aku ngerti… tapi liburnya kan cuma sebentar, cape loh bolak-balik. Banda Aceh tuh jauh…”

Dia melotot, “Kamu sanggup liat aku di sini kayak duda ditinggal mati istri, bengong sambil nangis di hari raya? Kamu gak kasihan?”

Burung Kertas by Nayaka Al-Gibran - Part 02 - [Part Story]



Burung Kertas Part 2
By : Nayaka Al Gibran

Aku sedang menyusun beberapa buku yang kubawa di atas meja belajar ketika pintu kamarku diketuk.

“Masuk…”

Satu wajah melongok di balik daun pintu, sepertinya aku mulai hapal garis senyum di wajahnya. “Aku tidak ngasih salam, takutnya kamu kebingungan menjawabnya nanti… karena jawab salam bagi kami itu wajib…” dia melangkah masuk setelah menutup pintu.

“Hemm… trims atas pengertiannya…” aku melanjutkan pekerjaanku dengan buku-bukuku.

“Kamu ngambil jurusan apa?” dia mulai melihat-lihat barangku yang masih berantakan di sekitar tempat tidur.

Burung Kertas by Nayaka Al-Gibran - Part 01 - [Part Story]



Burung Kertas Part 1
By : Nayaka Al Gibran

Seperti burung kertas….
Meski bersayap, namun ia tak dapat terbang
Ia tak bisa mengepakkan sayap lalu melanglang buana
Ia mustahil bergerak mencapai cakrawala luas
Karena bagaimanapun cantik wujud burung kertas,
Ia tetaplah sehelai kertas
Ia diam dan mati…

***

Ulee Lheue, 31 Desember 2012

Aku masih merasa canggung dengan diriku. Meskipun dulu pernah satu kali mengenakan peci dan baju koko yang kekecilan di badanku, tapi tetap saja saat ini rasanya bagai baru pertama kali aku menggunakan dua benda ini.

‘Kalau baju kokonya memang ukuranmu mungkin kamu bisa terlihat kayak muallaff…’

Apa benar aku tampak bagai muallaf? Senyum menyeruak di wajahku saat mengingatnya.

"LoVe In Bali" by Rayhand A. [Short Story]



LoVe In Bali
By. Rayhand Achmad 

“perbaiki nama dan citra mu !!!,aku tak mau tau!!”

Tegas Ikhsan ,meneger ku sambil membanting majalah yang berisikan berita ku tentang perskandalan itu,jujur…semuanya ini tak benar,itu hanyalah gosip belaka,ada yang berniat menghancurkan dan mencemarkan nama baik ku.

Nama ku Gamail Prasetya,Lahir di jakarta 21 tahun yang lalu.Aku adalah seorang intertain,aku memulai karierku sejak 2 tahun silam,saat itu nama ku belum banyak di kenal di kalangan masyarakat ini…dan sekarang karierku melesat tinggi,aku bukan lagi seorang aktor yang setiap hari muncul di layar televisi atau di film film bioskop,namun aku sekarang adalah seorang penyanyi,sejak aku mengeluarkan single pertama ku yang berjudul “Pelangi di matamu” milik salah satu band indonesia yupp JAMBRUD,aku mengaransement ulang lagu itu,karna menurut ku ..lagu iu penuh dengan kata kata yang bisa meluluhkan siapa saja.

"Bertemu Denganmu (Lagi)" by Robynokio [Short Story]



Bertemu Denganmu (Lagi)
By. Robynokio

Canggung.

Dalam benakku lama tertanam sejuta bayangan dirimu.

Aku terdiam terpaku. Mengenyahkan detak jantung yang berdebar kencang ketika mendapati dirimu di depan sana. Aku menggenggam erat-erat tanganku, menghilangkan gemetar yang dari tadi merasuk jemariku.

Redup terasa cahaya hati mengingat apa yang tlah kau berikan.

"Setengah Hati" by Robynokio [Short Story]




Setengah Hati
By. Robynokio

Malam itu, aku kembali tertegun. Membatu selayaknya karang yang tak goyah diterpa hempasan ombak. Terpaku tak mampu melangkah, pun mengucap. 

Aku sangat terdiam malam itu, melihat segala kemungkinan-kemungkinan bahwa kau akan pergi meninggalkanku– dan kau sendiri tak sedikitpun menyadari akan hal itu. Mungkin kau pikir aku tidak tahu, namun saat itu adalah kali pertama dimana tatapanku kembali kosong sekosong hati yang cintanya mulai terkuras lagi karena rasa kecewa.

"Taubat" by Ari Setiawan [Short Story]



Taubat
By. Ari Setiawan


Cinta bagiku adalah sebuah penantian
Penantian panjang tak berujung
Menelusuri jalan terjal, liku dan berbatu
Cinta bagiku adalah sebuah asa
Sebuah harapan di awang-awang
Terlihat dan tak bisa digapai
Cinta bagiku adalah sebuah aib
Aib yang membuat ku malu
Untuk saat ini dan hingga ku mati