Monday 30 November 2015

PUNCH LOVE: Chapter 11

Aku pun terkejut saat melihat orang yang ada di depan ku saat ini... ya dia orang tua yang ku lihat siang tadi... orang yang mencemaskan keadaan anak imut itu,,, mungkin dia papa win...

"Eh... saya temen sekolah nya win om..." jawab ku gugup...

Aku teman nya win,,, hahaha bisa bisa nya aku bilang begitu,,, huh... mungkin situasi saat yang harus membuat aku bicara seperti itu...

"Ohhh... om kirain sapa... kenapa gak masuk..? Mau besuk win kan...?" Tanya nya dengan senyum...

Sunday 29 November 2015

PUNCH LOVE: Chapter 10

Suasana di RS

"Bagaimana keadaan anak saya dok...?" Tanya papa win dengan penuh cemas...

"Syukurlah operasi nya lancar pak... berkat doa bapak dan adik, anak bapak bisa selamat,,, tapi...!!!" Dokter itu menggantungkan kata2 nya

"Tapi kenapa dok...???"

Friday 27 November 2015

PUNCH LOVE: Chapter 9

Mecky

Saat di perjalanan ke sekolah, sebuah mobil menghadang ku,,,kulihat ada seseorang yang turun dari mobil itu,,, ya seorang cewek seusia ku...dia menyapa ku....

"Hei kamu mecky kan..?"

"Eh... iya... kamu sapa ya...?"

"Hehehe... da gak kenal lagi ya...?"

Tuesday 24 November 2015

Chapter 8: Truth & Lies (Part 3)

“Beritahu aku apa yang mengganggumu.” Sambil bersandar di tembok, aku menunggu dia untuk menjawabku.

“Mengenai kau tidur dengan semua wanita di convent..” Akhirnya Win mengakuinya.

“Kenapa? Iri?” aku tersenyum padanya, tapi dia tidak merespon perkataanku, aku merasa seperti ada kekosongan di perutku dan itu terasa aneh. “Aku hanya bercanda. Kenapa?”

“Baiklah…” Dia berhenti sejenak, Win melihat kebawah dan aku bisa melihat matanya memberi tahu ku kalau dia tersakiti. “Apa itu benar?”

“Aku tidak pernah memberitahumukan?” Aku tidak bisa melihat kearahnya. Aku tidak pernah ingin dia tahu tentang hal ini. Kebenarannya sudah diketahui, tapi tidak menyadari kalau semua ini dibalut sebuah kebohongan yang tidak ia ketahui. Ini waktunya untuk membenarkan semuanya. “Jika aku memberitahumu ini, apa kau bisa berjanji tidak mengatakannya pada siapapun?”

Monday 23 November 2015

PUNCH LOVE: Chapter 8

Di rumah sakit "kevin"


" maaf buk, disini ada kah keluarga atau sodara nya pasien" tanya dokter dengan wajah cemas...

"Iya dok,,, kami semua dari pihak sekolah, bagaimana dengan keadaan anak didik saya dok " jawab ibu KS

" begini buk, sebaiknya ibu sekarang langsung menghubungi pihak keluarga, di karna kan keadaan pasien yang banyak mengeluarkan darah, dan setelah saya periksa darah itu sudah membeku di otak pasien,, kami pihak rumah sakit harus mengambil tidakan operasi secepatnya, agar pasien bisa selamat" penjelasan dokter...

Chapter 8: Truth & Lies (Part 2)

“P’Im, P’Ann!” Saat sudah tiba di rumah P’Noh, aku bertemu dengan kedua pembantu P’Noh yang ada di luar rumah menjadi makanan nyamuk.
“Halo, Nong Per!” P’Im yang gemuk menyapaku dengan sebuah senyuman besar.
“Sudah lama aku tidak melihatmu!” aku menjawabnya dengan mengoyangkan tubuhku seperti seorang anak umur 2 tahun.

Thursday 19 November 2015

PUNCH LOVE: Chapter 7

Saat aku masih merasa kesakitan, orang itu malah memarahi ku,,,

"woy kalau jalan liat liat donk..."

Ku berusaha mengangkat kepala ku untuk melihat siapa yang memarahi ku,,, padahal dalam hati ku ini sudah teramat kesal, dia yang nabrak eh malah dia yang marah... dan saat aku telah melihat nya..... duk... duk... duk... jantung ini berdetak sangat kencang, dan aku menelan air liur ku, melihat orang yang sekarang ada di hadapan ku...


Monday 16 November 2015

PUNCH LOVE: Chapter 6

Di edition 6 ini akan ku beritahu sedikit para pemeran Punch love... Untuk yang belum keluar orang nya tungguin aja mereka...

Selamat membaca...

Pemeran PUNCH LOVE;

Win : orang yang manis dan cute,
Ichi : adik win, yang bisa di katakan tomboy...
Mecky: orang yang keren,, model papan atas, anak terkaya di negara ini...
Kevin : anak team basket paling cool di sekolah, ganteng, nakal, dan dia pewaris tunggal 3 perusahaan besar di 3 negara... tapi
Indri : orang nya cantik, tapi sayang matre...
Indah : orang nya cantik, imut, anak anggota dewan...
Evan : orang nya baik, ganteng dan putih,,, sepupu yang di takuti kevin...

Saturday 14 November 2015

Chapter 8: Truth & Lies (Part 1)

--- WARNING: Cerita ini mengandung kata-kata kasar ---


 “Kau tau dari mana kalau dia mencintaiku?” Sambil memainkan gitarku, aku bernyanyi dengan lembut untuk orang yang sedang berdiri disampingku yang mana dia sedang mencoba untuk menangkap sebuah kunang-kunang diluar jendela rumahku. Cahaya dari lampu mejaku terpancar mengenai kulit lembutnya dan dengan lumbut tangannya menggapai bunga-bunga yang ada di depannya.

Friday 13 November 2015

PUNCH LOVE: Chapter 5

Pemeran edition 5

Win : orang yang manis dan cute
Kevin : anak basket paling cool di sekolah tapi agak sedikit reman( ugal2an/nakal)dan... Mecky : anak yang paling keren di sekolah dan..........
Ichi : adik ku Evan :.....???

Hari demi hari telah berlalu,,, semenjak malam itu, aku tak melihat rudi kembali,,, entah apa yang terjadi,,, aku pun tak tau, mungkin sudah 4 hari kami tak bertemu, di sekolah pun tidak,,, tapi sekarang aku bisa sedikit tenang, karna tidak ada lagi orang yang akan terluka oleh ku,,,hanya saja yang ku cemaskan saat ini keadaan nya rudi, apa kah dia baik~baik saja... hal ini lah yang ada di otak ku dalam perjalan pulang kerumah... hari ini sengaja aku tidak minta di jemput sama sopir ku,,, karna aku ingin merasakan yang nama nya jalan kaki... Saat di perjalan pulang, aku bertemu dengan orang yang tak terduga,,,aku tak mengenal nya, hanya saja aku mengenali seragam nya,,, ya seragam sekolah SMAN 1 **** ( sekolah ku),,, tapi kenapa dia berlari,,, entahlah aku tak mau menghiraukan nya, mending aku pake handset sambil dengerin lagu....

PUNCH LOVE: Chapter 4

Pemeran edition 4

Win : orang yang manis dan cute

Rudi : orang yang menyukai win (aku)
Ichi : adik ku yg tomboy

Kejutan,,, kejutan apa ya... hem aku pun berpikir tumben ichi kasih kejutan ke aku,,, dah ah mending cepet~cepet mandi dan segera ke bawah untuk menemani adek ku makan,,, Saat ini niat ku bukan lah ingin melihat kejutan ichi, melainkan aku tak mau ichi tau atau curiga dengan k,, akan keadaan ku,,, ya memang aku masih sedih, karna hal yang terjadi siang tadi,, tapi jika aku menolak permintaan ichi dan berdiam di kamar, nanti ichi malah berpikir yang bukan2,, Sesampainya aku di bawah kalian akan tahu betapa kagetnya aku,,, saat melihat dia... Ya dia...rudi,,, Kenapa dia kesini,,, dia emang nekat, untung papa da pergi ke bali,,, tapi untuk sesaat aku teringat akan hal tadi,,, aku hanya diam saat duduk di kursi meja makan...

PUNCH LOVE: Chapter 3

Pemeran edition 3


Win : orang yang manis dan cute
Rudi : orang yang menyukai win (aku)
Papa : orang tua ku
Ichi : adik ku yg tomboy

Rudi : win.. mungkin ini bukan waktu yang tepat, tapi aku tak tau apa yang terjadi dengan hati ku ini,,, win aku ingin bersama mu,,, izin kan aku win,,, izin kan aku mencintai mu,, izin kan aku untuk mengisi kekosongan hati mu win...

Tuesday 10 November 2015

PUNCH LOVE: Chapter 2

Selamat membaca...

Pemeran edition 2:
Win : orang yang manis dan cute
Rudi : orang yang menyukai ku,lumayan ganteng lah
Papa : orang tua ku
Bibi : pembantu rumah

Rudi : hay win...win kamu makan ya... win,,, win,,, tatap aku ( sambil memegang kepala ku dan mengarakan wajahku pas dengan wajah nya)

Monday 9 November 2015

7: Safety and Tears (Part 2)

Aku dan Win pulang tanpa berbicara apapun, hanya suara mobil dan suara beberapa orang yang melewati kami. Kami sama-sama sedang lelah karena kegiatan hari ini. Akhirnya kami sampai di depan rumah Win.
“Sampai berjumpa besok.” Win berbicara sambil memandang ke arahku.
“Ya.” Saat aku ingin tersenyum padanya, aku bisa melihat salah satu mata Win memerah dan aku menunjuknya. “Apa yang terjadi pada matamu?”

Sunday 8 November 2015

PUNCH LOVE : Chapter 1

Pemeran edition 1
Win : orang nya manis dan cute
Ichi : adx ku yang tomboy dan malas bangun pagi
Papa n mama : ortu ku
Rudi : ......?

Awal kisah di mana aku, ichi , mama dan papa akan pergi berlibur ke villa, 

Win : morning mam... (ku sapa ibuku yang berada di dapur saat aku bangun ingin mengambil minum)

PUNCH LOVE by Avid

Hi semuanya !!
Kali ini Evansawadee mau bagi cerita yang ditulis oleh Avid. Nah ceritanya ini berjudul "Punch Love". Cerita ini bertemakan BL atau yang biasa kita kenal dengan Boy Love Story. Nah buat temen-temen yang udah penasaran bisa baca dengan Link di bawah ini

"PUNCH LOVE"
Season 1 - Chapter 1 : Click Here
                - Chapter 2 : Click Here
                - Chapter 3 : Click Here
                - Chapter 4 : Click Here
                - Chapter 5 : Click Here
                - Chapter 6 : Click Here
                - Chapter 7 : Click Here
                - Chapter 8 : Click Here
                - Chapter 9 : Click Here
                - Chapter 10 : Click Here
                - Chapter 11 : Click Here
                - Chapter 12 : Click Here
                - Chapter 13 : Click Here
                - Chapter 14 : Click Here
                - Chapter 15 : Click Here

Ada yang mau mengenalnya di Sosial Media bisa chat dia di Facebooknya yaitu Avid

Thursday 5 November 2015

7: Safety and Tears (Part 1)


“Hei, Per.” Suara yang tidak asing bagiku memanggilku saat aku sedang menunggu di barisan dan sebuah tangan memegang bahuku. “Apa kabarmu?”
“Oh, Yo Pete. Aku baik-baik saja.” Aku menatapnya seketika.
“Oi!” Entah dari mana, dia memukul kepalaku. “Kenalilah kakak kelasmu dengan baik.”
“Tch, apa aku harus? Kau bertingkah seperti kita ini tidak kenal atau apalah itu.” Aku berbicara sambil mengejeknya. Aku mengenalnya sejak aku kecil, pergi bermain bersama di taman, bahkan pergi liburan bersama. Tapi dia tidak pernah peduli dengan caraku memanggilnya.
“Kau lihat.” P’Pete melangkah maju melawatiku dan mengambil barisanku dengan sebuah senyuman kecil.” Karena kau tidak sopan, aku mengambil alih barisanmu.
“Aw. P’Pete ini adalah penindasan.” Itu hanya bualanku saja, dia tau bagaimana cara membuat keributan lebih baik dariku. Dia menggunakan alasan ini untuk mengambil barisanku. Setelah kami berbicara sebuh topik yang manarik, aku teringat tadi aku sedang memegang poster konser live, dan kami tau, aku aku pikir ini adalah waktu yang tepat untuk mengingatkan kembali siapa yang memegang semua kartu. “Inilah yang kudapat setelah aku membantumu. Kau tau satu hal tentang s—“ Tiba-tiba P’Pete menutup mulutku dengan tangannya, dan itu membuatku terdiam. Dia tidak mengucapatkan apapun tapi matanya bisa menyampaikan apa yang ingin ia katakan ‘Kita sedang di tengah-tengah kantin, dipenuhi oleh banyak orang. Janga mengucapkan hal seperti itu ditengah-tengah mereka.
“Bro, jaga mulutmu.” Sambil menggenggam mulutku dia mendekat ke wajahku, dan dia berbisik ketelingaku. Aku tidak terkejut kalau dia tidak mau orang-orang disekolah tau. Aku menganggukkan kepalaku dan akhirnya dia melepaskan genggamannya. Sial, dia bisa menahanku begitu kuat untuk pria sekurus dia. ‘Jangan kira itu aku, Kita tidak membicarakan diriku’
“Oh, sepertinya ada seseorang yang tidak mau ada rumor yang tersebar.” Aku membalasnya. Dengan senyumanku yang terlihat seperti iblis dengan mudah dia masuk dalam perangkapku. “Aku penasaran dengan apa yang akan terjadi jika aku memberitahu Knott rahasia kecil ini?”
“Coba saja, kubunuh kau.”  Aku tidak tau dari mana dia berlajar mengancam seperti itu? Itu membuatku takut jadi aku meloncat kebelakang. Aku mau membuat lelucon dengan seorang psiko.
“Aku hanya bercanda.” Sambil menggosok kepalaku, aku mencoba untuk menenangkannya. Aku tidak mau sampai dia selalu metatap ku dengan tatapan iblis setiap kali kami bertemu. “Bagaimana kalau kita bertukar?”
“Baiklah, apa yang kau inginkan?” Sekarang dia berbicara dengan nada yang lebih enak untuk didengar.
“Belikan aku dua piring makan siang.” Kami sama-sama mendapat apa yang kami inginkan dan aku tidak perlu berdiri lama untuk mengantri makanan.
“Kau rakus sekali?” P’Pete menggerutu saat dia membuka dompetya.
“Yang satunya bukan untukku. Itu untuk Win.” Memangnya siapa aku ini? P’Noh? Aku juga bisa berbagi makananku, aku tidak serakus itu. “Dia sudah menjagakan tempat untukku.”
“Baiklah.” Sambil menghela nafas, P’Pete setuju tapi dia menyuruhku untuk tidak meninggalkan antrian. “Baiklah, setidaknya tetaplah disini untuk menemaniku. Sungguh bosan mengantri sendirian seperti ini.”
“Oke, tapi jangan lupa untuk mengantarkan makanan kami nanti.” Berdiri beberapa menit untuk mendapatkan makanan gratis tidak akan membunuhku. Aku mengangkat tanganku dan menunjuk ke arah dimana Win sedang menunggu untuk memberitahu P’Pete dimana dia harus mengantarkan makanannya.
Sudah cukup lama kami tidak berkomunikasi seperti ini, dan itu tidak termasuk saat dia meminta bantuan di lain hari. Kelompok kami sering pergi bersama sampai akhirnya tidak lagi karena P’Earn pindah. P’Pete lebih sering pergi bersama mereka yang lebih tua, dan meninggalkanku. Aku tidak masalah dengan itu karena aku masih punya Win.
Pembicaraan kami berubah saat P’Pete bertanya tentang Win dan itu membuat percakapan kami berakhir cepat. Dengan apa yang sudah terjadi, aku sangat sulit untuk bicara dan aku tidak yakin kalau Win mau membiarkan orang lain untuk tau tentang dirinya. Mataku tertuju pada tempat duduk dimana teman baikku berada, dimana dia sedang duduk malas sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya. Saat melihat ke arah wajah dan matanya, kau tidak akan pernah mengira dia memiliki luka yang amat dalam.
Aku rasa ini semua membuat keadaanku menjadi tidak enak saat aku menyuruh P’Pete mengantarkan makanan ke mejaku. Apa yang akan mereka katakan jika aku meninggalkannya sendirian saat mengantri? Saat berjalan kearah meja kami, aku mengambil handphone dan earsetku, dan memasangnya ke telingaku. Ada sebuah lagu bagus yang sudah aku unduh dan aku ingin Win mendengarkannya, aku pikir dia akan menyukainya.
Sebelum aku duduk, aku menyempatkan diri untuk melihat keadaan sekitar dan mataku saat itu tertuju pada seseorang di dekatku. P’Ohm sedang duduk bersama Mick dan aku bisa melihat mereka sedang berbagi minuman dengan menggunakan sedotan yang sama. Aku tidak pernah melihat P’Ohm selembut itu, memegangkan cangkir plastik untuk Mick dan Mick terlihat senang. “Aku penasaran kapan mereka memulainya?” Aku bergumam sendiri, aku senang melihatnya.
“Apa kau baru saja bilang sesuatu?” Suara Win membuat ku langsung melihat kearahnya. Aku duduk disampingnya dan melambaikan tanganku padanya, dan menggelengkan kepalaku untuk memberi tahunya tidak ada apa-apa. Untuk meluruskannya, Win memberiku senyuman bingung saat dia melihat kalau aku tidak membawa apa-apa. “Hei, Per. Aku pikir kau yang akan memesan makanan kita?”
“Tenang saja. Itu sedang dalam perjalan.” Aku melihat kearah P’Pete diantrian. Setelah itu aku berbalik melihat ke arah Win, lalu aku membelai kepalanya. “Aku tidak akan membairkanmu kelaparan.”
Setelah itu, P’Pete datang ke arah meja kami dan berhati-hati untuk meletakkan makanan kami.
“Umm, Hi P’Pete. Terima kasih sudah membawakan makanan kami.” Win melihat kearahnya dalam keadaan bingung.
“Tidak masalah, Win.” P’Pete memberi senyuman pada Win dan lalu dia melihat ke arahku sebelum dia pergi berjalan ke arah dimana P’Earn sedang duduk.
“Ada apa Per? Kenapa P yang membawakan kita makanan?” Ia berbicara sambil mengambil sendok dan garpu, lalu mencoba makanan yang dibawa P.
“Ada hutang yang harus dia bayar. Itu saja.” Sambil meyakinnya aku mencoba untuk mencari lagu yang tadi aku bicarakan.
Aku mendengar sebuah keributan datang dari arah dimana P’Pete pergi dan aku melihat sesuatu yang aneh. Masih banyak tempat kosong yang bisa ia dudukki, tetapi P’Pete malah duduk di pangkuan P’Earn sambil berargumentasi. Aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan tapi itu terlihat menyenangkan. “Hey, Winnie. Lihat ini.” Aku tidak bisa menahan tawa saat aku menunjuk kearahnya.
“Apa yang mereka lakukan?” Matanya tertuju pada mereka, dan Win pun tertawa. “Aku tidak tau kalau mereka itu adalah sepasang kekasih.”
Aku tidak tau apa mereka ia atau tidak tapi aku pikir seharusnya ia.” Karena hal ini aku jadi teringat tentang percakan yang tadi aku lakukan dengan P’Pete dan aku penasaran siapa kah orang yang ia bicarakan saat aku sedang melihat tingkahnya bersama P’Earn. Aku menggelengkan kepalaku untuk mencoba kembali fokus dalam mencari lagu yang tadi aku ingin cari, “Mereka sempurna untuk satu sama lain.”
Ini Dia! Aku mengambil salah satu earset ku, dan aku pasangkan ke telinga Win dan musikpun mulai dimainkan. “Apa kau pernah mendengar lagu ini?”
Have you got color in your cheeks’
Do you ever get the feeling that you can’t shift the tide
That sticks around like something’s in your teeth
And some aces up your sleeve
Have you no idea that you’re in deep
I dreamt about you nearly every night this week
How many secrets can you keep’
‘Cause there’s this tune I found that makes me think of you somehow
When I play it on repeat
Until I fall asleep
Spilling drinks on my settee
(Do I Wanna Know ~ Artic Monkeys)

“Sepertinya pernah.” Win mengucapkannya setelah ia mendengarkan lagu yang kuputarkan.
“Lagu mereka keren.” Biasanya, Win dan aku suka dengan hal yang sama jadi aku merasa senang dengan hal itu, dan dia pasti juka akan menyukainya seperti sebagaimana aku menyukainya.
“Aku rasa aku pernah mendengarnya tahun lalu.” Sambil melihat kearahku, Win memberiku senyuman, dan dia menggoyang kepalanya saat musik dimainkan.
“Aku sangat suka lagu ini.” Sambil mengangguk, aku tersenyum dan makan makananku. Aku tau dia akan menyukainya.
*******************
**********
****
Sore ini terasa begitu cepat, setelah pelajaran selesai aku mengemaskan barang-barangku dan pergi ke ruang band. Sebentar lagi audisi konser live akan dimulai jadi aku harus berada di sana bersama dengan anggota band yang lain. Aku berhenti sejenak di meja Win saat dia sedang menyusun kertasnya.
“Hei, Win. Jangan lupa untuk datang dan melihatku bermain.” Aku bicara padanya sambil meninju pelan mejanya Win.
“Jangan Khawatir. Aku akan langsung kesana saat aku sudah selesai.” Sambil tersenyum Win menatap kearahku. “Bandmu nanti akan tampil kan?
“Ya. Kau bisa menyelesaikan semuanya dulu dan kau akan sampai tepat waktu.” Aku meyakinkannya agar dia pergi untuk melihatku. “Sampai bertemu nanti.”
Win mengangguk dan melambaikan tangannya saat aku berjalan keluar dari kelas. Beberapa menit kemudian aku sampai di ruangan klub, dan karena ramai aku harus menyelit diantara kerumunan orang yang ada di ruang klub. Aku mencoba mencari anggota timku, dan aku menemukan mereka sedang duduk di dekat dinding. Saat aku melihat ada sebuah kursi kosong disana, aku dengan segera menyambar kursi itu dan untuk Win aku akan mencarikannya nanti saat dia sudah sampai. Aku dapat merasakan semangat pada kontestan yang ada di ruangan band hari ini.
Aku bersama teman-temanku sudah siap dan kami yakin bisa untuk untuk melewati babak penyisihan ini, tapi saat di kompetisi ini semua akan bertambah sulit. Beberapa band yang tampil hari ini sangat bagus, ada juga yang kurang bagus, dan adapula yang tidak dapat dikomentari lagi.
Band dari grup Cheer, P’Cheer, di vokali oleh P’Earn yang mengejutkan semua orang di ruangan klub karena dia menyayikan sebuah lagi cinta untuk ketua klub kami. P’Ohm memberinya semangat karena dia sudah berani untuk melakukan hal itu dan P’Noh berusaha untuk mebungkan mulutnya. Lalu mulut besarnya wakil klub ini mengatakan kepada P’Earn, sayang sekali Noh adalah pria normal. Tiba-tiba keadaan terasa tegang saat Earn berjalan turun dari panggung dan Phun berjalan kearah panggung. Earn menaikkan alisnya kepada Phun saat dia lewat di depannya, dan dengan sengaja Earn menabrakkan bahunya ke Phun.
Aku penasaran apakah rumor tentang P’Noh dan P’Phun itu benar. Dan juga berita kalau P’Earn menyukai ketua kami itu benar, tidak bisa elakkan lagi setelah apa yang P’Earn lakukan tadi. Aku tidak yakin dengan berita tentang sekertaris osis karena dia datang kesini membawa pacarnya. P’Noh terlihat tidak nyaman dalam situasi saat ini.
Pintu ruangan terbuka pelan saat band dari Osis, Mafia, memainkan musiknya. Win mengintip kedalam sambil mencari keberadaanku dan aku melambaikan tanganku padanya, memberinya kode untuk berjalan ke arahku dan duduk dibawahku. Dia langsung masuk sambil menerobos kerumunan yang ada di dalam ruangan band, dan dia duduk di kursi yang sudah aku sediakan untukknya dan dia memberiku senyuman manis yang biasa ia tunjukan padaku. Akhirnya Win sampai disini, aku merasa lebih tenang dan merasa nyaman saat ada Win didekatku.
Sambil memerhatikan anggota band Mafia, mataku tertuju pada seorang pemain gitar tampan berambut panjang. Dia terlihat begitu serius memandang ke bawah untuk berkonsentrasi dalam memainkan gitarnya, lalu dia mengangkat kelapanya untuk mencari seseorang yang sedang melihatnya. Aku bisa melihat da tersenyum. Saat itu aku bisa melihat P’Noh melihat ke arah belakang saat P’Phun memberikan senyuman kepada wanita yang duduk di belakang P’Noh. Pacaranya P’Phun, Aim, dia tersenyum saat melihat pacarnya memainkan gitar di atas panggung kecil ruang band kami. Tapi aku bingung, dia terlihat canggung saat tersenyum, sepertinya dia berusaha untuk tersenyum. Setelah itu P’Noh berbalik memandang ke arah depan dan menundukkan kepalanya. P’Phun tetap mempertahankan senyuman lembutnya tapi kali ini bukan untuk wanita yang ada di belakang P’Noh.          
Setelah beberapa band tampil, termasuk bandku, aku berada di ruangan band hingga larut. Aku membantu yang lain untuk merapikan semua alat musik dan mengucapkan selamat tinggal pada mereka yang harus pulang lebih dulu. Win sekarang duduk di atas sofa dan aku bisa melihat matanya itu seperti lampu 5wat. Dia sepertinya sangat mengantuk dan sesekali saat kepalanya terlepas dari pangkuan tangannya dia kembali memperbaiki posisinya sambil menggelengkan kepalanya berusaha untuk tetap sadar. Itu terlihat sangat lucu, dia terlihat seperti seekor anak anjing kecil yang sedang berusaha untuk tidak tertidur.
Aku berjalan kearah dimana Win sedang duduk dan menungguku dengan sabar. Bandku hari ini berhasil masuk menjadi salah satu finalis acara live konser ini. Kami melakukan yang terbaik saat kami tampil tadi. Sambil tersenyum, aku duduk bersandar ke sofa sambil mengistirahatkan tangan dan kakiku.
“Apa kau mau pulang bersamaku?” Aku bertanya padanya, dan aku tau aku tidak akan bisa tenang kalau aku tidak melihat Win masuk ke rumahnya dengan selamat. Win menggangguk kepadaku sebagai tanda menyetujui ajakkanku, dan ia tersenyum lembut padaku. “Aku akan mengantarmu pulang.” in.
P’Noh sedang melihat-lihat kertas yang ada di depannya, lalu aku memanggilnya dari belakang. “P’Noh… Apa kau keberatan jika aku pulang lebih dulu?”
“Lagi?” P’Noh menjawabku dengan suara jengkel. “Aku saja belum memberi hukuman padamu karena kau tidak membantuku kemarin.”
“Maaf,P, Ini ini sungguh penting.” Aku berbicara dengan nada serius ke P’Noh untuk mencuri perhatiannya. “Ini antara hidup dan Mati.”
“Hidup dan Mati?” P’Noh bertanya padaku seolah-olah kami sedang dalam keadaan mendesak.
“Apapun bisa terjadi. Jadi perbolehkanlah aku untuk mengantar Win pulang.” Setelah aku bicara kami berdua memandang kebawah melihat Win yang mana dia sedang memandang kearah P’Noh dengan wajah malu-malunya. “Aku tidak bisa membiarkannya pulang sendirian hari ini.”
“Baiklah-baiklah.” P’ menyetujui permintaanku saat dia melihat lebam di lengannya Win, tapi dia tidak berkomentar tentang itu. “Aku melakukan ini untuknya?” Dia mengangguk ke arah Win.
“Terima kasih,P.” Ketua klub kami ini begitu baik, lalu aku melihat kearah Win. “Ayo.”
Sambil berdiri, Win melambaikan tangannya ke arah P’Noh. P’Noh tidak mengatakan apapun setelah kami pergi, tapi aku bisa mendengar kalau ada suara helaan nafas darinya. Bukan hanya Win yang senang saat aku bisa mengantar Win pulang kerumahnya.
“Jaga dia.” P’Noh mengingatkanku saat aku berjalan keluar melewati pintu.
“Ya.” Tentu saja aku akan melakukannya. Aku akan terus menjaga Win, sampai kapanpun aku akan menujaganya.

Terima kasih sudah menunggu, untuk part 2 akan saya upload secepatnya ^^

Tuesday 3 November 2015

6 : Pandora Box (Part 2)

Tidak membutuhkan waktu lama untuk bisa sampai di taman, saat sampai disana aku bisa melihat Win sedang duduk di ayunan. Dia hanya berayun pelan disana  sambil melihat ke arah kakinya. Dia membungkukkan bahunya karena semua kesulitan yang ia rasakan di dalam hidupnya. Aku benci melihatnya seperti ini, bahkan mungkin ia juga lelah untuk bernafas. Aku berjalan pelan kearahnya, aku dengan tiba-tiba memegang pundaknya dan memanggilnya dengan cara yang biasa aku lakukan. “Boo!”
Win terkejet, dan langsung melihat kearahku. Mulutnya terbuka dan siap untuk berteriak padaku. Aku lebih memilih untuk memanggilnya seperti ini. “Apa? Masih tidak biasa dengan caraku memanggilmu?”
“Kapan kau akan berhenti melakukannya padaku?” Win bertanya padaku saat aku duduk di ayunan sebelahnya.
“Tidak akan pernah.” Dia menjawabku dengan begitu jujur dan aku mendorong bahunya perlahan. “Jadi.. Apa yang barusan terjadi?”

Monday 2 November 2015

6 : Pandora Box (Part 1)

Senin, di pagi hari aku berjalan melewati depan rumah Win dan tersenyum padanya. Saat dia berbalik, dia melihat senyumanku dan membalasnya dengan senyuman manisnya. Aku merasakan jantungku berdetak kencang saat aku melihatnya. Aku merasa seperti sudah sebulan tidak berbicara padanya, padahal 4 hari saja belum.
“Yo.” Ku anggkat tanganku saat aku memanggilnya sambil berjalan ke arahya.