“P’Im, P’Ann!” Saat sudah tiba di rumah P’Noh, aku
bertemu dengan kedua pembantu P’Noh yang ada di luar rumah menjadi makanan
nyamuk.
“Halo, Nong Per!” P’Im yang gemuk menyapaku dengan sebuah
senyuman besar.
“Sudah lama aku tidak melihatmu!” aku menjawabnya dengan
mengoyangkan tubuhku seperti seorang anak umur 2 tahun.
“Nong Per!” P’Ann berteriak padaku tiba-tiba.
“Ya?”
“Kau membawa seorang teman?” dia terlihat begitu tertarik
saat bertanya padaku. Dan aku tau apa yang dimaksudkannya.
“Tolong jangan sakiti dia.” Aku menunjukan ekspresi murang
padanya saat dia mencoba mendekati Win. Dua orang ini bisa menjadi saat seram
saat dia melihat pria yang manis dan
tidak ada satupun pria semanis Wim.
“Dia sangat lucu.” P’Ann meletakkan kedua tangannya di
wajah Win saat dia mengaguminya.
“Tolong jangan. Tidak.” Aku langsung segera menjauhkan
kedua tangannya sebelum dia menyakiti Winku. Win tertawa melihat kelakuan kami
ini. “Jangan menyakitinya, jangan menyakitinya.”
“Aku baru saja mau mengenalnya.” Sambil menghentakkan
salah satu kakinya, P’Ann melihat kearahku, Kedua rambutnya yang diikat seperti
ekor babi memantul-mantul di bahunya. P’Im menggoyang tangan P’Ann dan
menggelengkan kepalanya ke arah Win. Sambil menyedipkan matanya, P’Ann berbalik
melihat kearah Win dan tersenyum malu-malu. “Boleh aku minta nomer handphonemu?
Kau boleh memiliki nomerku. 0-8-9…”
“23999…” Aku menghentikan perkataannya dan tertawa pada
Win. Dia belum mengatakan apapun dan pipinya memerah saat itu dan itu membuat
Win terlihat lebih manis lagi.
“Aku tidak akan memasakkanmu makanan lagi.” P’Ann mencoba
mengancamku, dan menggoyangkan tangannya padaku.
“Kita harus masuk!” Tanpa mempedulikan P’Ann aku langsung
mengambil tangan Win dan menariknya kedalam. Win menahan tarikanku dan menolak
untuk pergi lebih jauh. “Apa? Ada apa sekarang? Kita sudah sampai disini!” Win
menggoyangkan kepadanya padaku dan melihatku dengan sebuah tanya. “Ayolah! Kau
tidak punya alasan lagi!” Aku tidak menghiraukan perlawanannya dan menariknya
masuk kedalam rumah.
Saat kami sudah masuk, kami menyapa semua yang ada disana
dan duduk di tempat kosong dilantai menghadap P’Noh dan P’Phun. (Aku rasa
mereka sudah baikan kerena aku bisa melihat mereka saling membalas senyum
dengan penuh bahagia). Sangat beruntung masih banyak makanan yang tersisa untuk
kami. Aku mengambil dua buah mangkuk, ku isi dan yang satunya kuberikan pada
Win. Suasana di ruangan ini membuatku merasa relax dan semakin ramai menjelang
malam, alkoholpun habis bersamaan dengan makanan yang ada.
Sambil melihat-lihat keadaan sekitar, aku merasa geli
saat melihat P’Phun mengambilkan tofu untuk P’Noh. P’Noh mencoba untuk menghentikannya,
berkata kalau ia sudah makan cukup banyak, tapi P’Phun terus melakukannya. Dan
akhirnya pun P’Noh memberi gerakan seperti tidak sanggup lagi untuk makan.
Setelah itu mereka menjadi begitu diam aku kembali melihat ke arah Win. Saat
aku melihat mangkuknya kosong, ku ambil dan ku isi lagi, memastikan aku
mengambil semua tofu karena P’Phun berusaha mengambil semuanya untuk P’Noh.
“Hei, hei, hei, hei.” Setelah semua selesai makan, tiba-tiba
P’Ohm mencuri perhatian kami. “Ayo kita bermain “Truth game”.” (Permainan siapa
saja harus jujur).
“Bagaimana cara memainkannya?” Seseorang bertanya
padanya.
“Bingung?” P’Ohm bertanya sebelum dia melanjutkannya.
“Kau belum pernah memainkannya bukan? Itu tidak bagus. Untuk memperjelas ini
kedapa kalian, kita akan memberitahu cara bermainnya sekali lagi karena kita
punya seorang pendatang baru bersama kita hari ini. Per, Phun dan Nong Mawin.”
Dia berbicara sambil menunjuk kearah kami dengan sebuah botok dan aku bingung
kenapa Knott tidak ditunjuk saat itu. Sejak kapan dia mulai memainkan permainan
ini bersama mereka? Dimana aku pada waktu itu?
“Jadi begini cara permainan ini akan berkerja. Aku akan
memutar botol ini.” P’Ohm memegang sebuah botol ditangannya dan menunjuk dengan
tangan satunya ke arah tutup botol tersebut. “Siapapun yang tertunjuk, mereka
harus menjawab sebuah pertanyaan dengan saat jujut. Mereka harus menjawab
dengan sejujur-jujurnya.
“Kebenaran?” Aku bertanya pada P’Ohm. Aku rasa aku tidak
punya begitu banyak rahasia, salah satunya yang aku punya, tidak sebaiknya
untuk diberitahu pada orang lain. Itu tida akan menghentikanku untuk bermain
permainan ini tentunya. Aku bukan seorang pecundang.
“Bagaimana cara kita memutarkan botolnya?” Noh
bertanya sambil melihat ke arah
piring-piring dan beberapa mangkuk juga sayur di meja yang begitu berantakan.
Semuanya bekerja sama untuk membersihkan meja itu,
merapikan piring-piring ke tempat cuci piring dan menyimpan kembali beberapa
makanan ke dalam kulkas. Ini tidak memakan waktu lama untuk kami sampai pada
akhirnya kami duduk mengelilingi meja dan bersiap untuk bermain. P’Ohm menaruh
botol kosong itu di tengah-tengah meja dan bersiap untuk memutarnya. Korban
pertama adalah P’Khom yang mana telah berkata jujur kalau dia masih perjaka dan
sama sekali belum pernah melakukan “itu” dengan mantan pacarnya. Dan
selanjutnya gilirin P’Khom untuk memutar botol itu, tetapi tidak membiarkannya
untuk berhenti dengan sendirinya. Dengan tangannya ia menghentikan botol itu..
dan botol itu mengarah kepadaku!
“Hei! Ini pasti sudah direncanakan!” Aku menuduhnya
ketika dia sendang tertawa.
“Beri dia sebuah pertanyaan yang sulit.” P’Ohm berbisip
kepada P’Film. Tapi kenapa malah P’Film yang bertanya bukan P’Khom. Aku tidak
tau. Aku lebih memilih P’Khom, dia lebih baik dari pada mereka, aku yakin dia
tidak akan bertanya sesautu yang berlebihan. Nah kalau P’Film akan lain cerita.
“Sudah berapa banyak wanita konven yang kau tiduri?”
Sambil melihat ku dengan serius, P’Film menunjuk ke arahku dan bertanya padaku.
“Tidak!” Aku seharusnya tau dan meminta P’Khom yang
bertanya padaku. Ini bukanlah pertanyaan yang ingin kujawab dan aku benar-benar
merasa tidak nyaman untuk menjawab ini dimana Win saat ini berada tepat
disampingku. Memberitahu yang sesungguhnya dan membuat semua orang terkejut.
“Tidak pernah, Aku tidak pernah melakukannya.”
“Per, jika kau tidak berkata jujur aku akan menghajarmu.”
P’Ohm mulai mengacau. Sial, aku tidak bisa melakukannya. Mereka ingin sebuah
jawaban nyata, dan jawaban itu tidak ingin ku beri.
“Hanya wanita konven?” sambil menggosok dagu, aku mencoba
untuk terlihat sombong.
“Ya.”
“Semua wanita di konven?” Aku tersenyum jahat, mencoba untuk mencairkan suasana.
“Semua wanita di konven?” Aku tersenyum jahat, mencoba untuk mencairkan suasana.
“Ya! Memang ada yang lain?” P’Film berbicara sambil menuntut.
“Baiklah.” Sambil mencoba untuk mengingat nama mereka.
Tidak mudah untuk mengingat semuanya. “1,2,3,4,5.”
“Ada 6kan.” Knott mencoba memperbaiki.
“Hanya 5 yang terhitung!” Aku yakin hanya ada lima orang.
Nama siapa yang aku lupakan?”
“Mau mencoba untuk menghitungnya bersama-sama?” Knott
menantangku karena dia tau lebih baik dari aku.”
“Baiklah.” Aku menyetujuinya dan kami mengucapkan nama
mereka satu-persatu.”Roong, Fah, Ple, Som, and Fern… dan siapa lagi?”
“Apa kau lupa dengan P’Ning?” Sambil tersenyum Knott tau
dia sudah berhasil memojokkanku. Aku sudah lupa dengan nama itu. Ingatannya
benar-benar berbahaya.
“Oh. Yeah.” Ini terdengar tidak bagus. Karena itu aku
akan mendapat reputasi pria yang….. “Jadi 6 bukan.”
“Sebaiknya kau menggunakan pengaman teman.” Sambil
melihatku P’Noh menggelengkan kepadalanya kepadaku.
“Ya.” Aku menjawabnya sambil menundukan kepalaku ke
bawah. Saat P’Noh mengatakan itu, aku tidak bisa mencari alasan lagi. Aku tau
seberasa besar dia peduli dengan kami semua.
Kini saatnya untuk ku yang memutar botolnya dan kali ini
botol ini berhenti menunjuk kearah orang bermulut besar dari grrup kami. “Kau
beruntung P’Ohm.”
“Apa kau mau bertanya atau tidak?” Dia berbicara sambil
mengambil botol tersebut, dia bermaksud untuk melewati gilirannya. “Jika tidak
aku akan memutarnya lagi.”
“Tunggu! Tenang.” Setelah mencoba untuk menghentikannya,
aku mencoba untuk memikirkan sebuah pertanyaan untuknya. Ada satu hal yang
membuatku benar penasaran dan aku tau sudah banyak yang mengetahuinya. “Pertanyaanku
untukmu sangat pendek dan mudah. Apa hubungan yang ada padamu dan Mick?”
“Kami hanya kakak dan adik.” P’Ohm menjawabku dengan
wajah serius, tapi tidak ada satupun yang percaya padanya.
“Saat aku sedang berbincang-bincang dengan P’Ohm, aku menyadari
kalau Win sudah di tidak ada disisiku. Aku melihat ke sekeliling, berdiri
mencari nya. Karena aku tidak menemukannya di dekat sini, aku mencoba untuk
mencarinya dilantai dua di ruangan Noh, tapi aku juga tidak menemukan apa-apa.
Saat aku pergi dari lantai dua, aku melihat Win sedang berdiri di dek lantai
dua dan aku berjalan mendekatinya. Dia menatap bintang dengan tatapan sedih dan
itu membuat hatiku merasa sedih.
“Ada apa?” Aku berjala mendekatinya, menyandarkan
tanganku pada dinding pembatas. “Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau pergi
kesini?”
“Tidak ada.” Wajahnya yang marah mengatakan hal lain.
“Apa kau tidak merasa nyaman?” sambil mengepalkan kedua
tanganku, aku takut kalau pesta ini terlalu berlebihan untuk dia. Teman-teman
di klub ku terkadang memang kasar dan gila tapi mereka adalah orang baik.
“Tidak juga.” Sambil mengatakannya dia membantahku.
“Lalu apa ada yang salah?” Jika Winnie tidak merasa
senang, Aku tidak bisa membiarkannya. Dia adalah tanggung jawabku. “Apa kau mau
pulang ke rumah?”
“Tidak. Aku hanya akan mengacau jika aku pulang
sekarang.” Dia mengkerutkan dahinya padaku.
“Nah. Aku akan mengantarmu pulang.” Aku melambaikan
tanganku padanya untuk mengacaukan perhatianya. “Kau mau pulang?”
“Dan nanti kau akan kembali lagi?” Win bertanya padaku,
tapi itu tidak terdengar seperti sebuah pertanyaan. Dia sudah tau jawaban ku.
“Ya. Aku senang disini.” Aku memberikannya jawaban
seperti yang dia inginkan. Tentu saja, aku akan kembali kesini lagi saat
setelah aku mengantarnya pulang.
“Oke kan.” Jika jawabanku seperti jawabannya, Win akan
mengikuti kata-kataku. “Aku tetap tinggal. Aku akan kembali kedalam.”
“Apa ada yang salah?” Tanpa menunggunya untuk berbicara,
aku tau ada sesuatu yang mengganggunya. Aku punya sebuah ide seperti apa yang
aku lakukan di game, tapi aku tidak bisa melakukannya pada Win. Win
menggelangkan kepalanya, tapi aku mencoba mendekatinya dan melihat kearah
matanya. “Ada apa? Hmm? Apa yang mengganggumu?”
“Tidak ada apa-apa.” Win menjawabku sambil menggelengkan
kepalanya lagi, membuat rambut poni lembutnya berayun diatas alis matanya.
“Ada apa?” Aku semakin mendekati wajahnya, aku hampir
bisa merasakan nafasnya di bibirku. Ini benar-benar sangat dekat dan aku bisa
melihat wajah Win dengan jelas, Aku bisa melihat jelas matanya yang coklat
kulitnya yang lembut dan bibir pinknya yang manis. Ini adalah sebuah kombinasi
wajah yang begitu bagus dan aku sangat kagum saat melihat wajahnya.
“Apa yang kau lakukan?” Sambil memalingkan matanya, Win
melihat ke arah bibirku. Aku semakin mendekat padanya dan aku memberinya sebuah
ekspesi untuk melepas ketegangan saat itu. Lalu dia mendorongku dengan satu
tangan dan berkata. “Baiklah.”
To be continue....
To be continue....
No comments:
Post a Comment