Monday 23 November 2015

Chapter 8: Truth & Lies (Part 2)

“P’Im, P’Ann!” Saat sudah tiba di rumah P’Noh, aku bertemu dengan kedua pembantu P’Noh yang ada di luar rumah menjadi makanan nyamuk.
“Halo, Nong Per!” P’Im yang gemuk menyapaku dengan sebuah senyuman besar.
“Sudah lama aku tidak melihatmu!” aku menjawabnya dengan mengoyangkan tubuhku seperti seorang anak umur 2 tahun.
“Nong Per!” P’Ann berteriak padaku tiba-tiba.
“Ya?”
“Kau membawa seorang teman?” dia terlihat begitu tertarik saat bertanya padaku. Dan aku tau apa yang dimaksudkannya.
“Tolong jangan sakiti dia.” Aku menunjukan ekspresi murang padanya saat dia mencoba mendekati Win. Dua orang ini bisa menjadi saat seram saat dia melihat pria yang manis  dan tidak ada satupun pria semanis Wim.
“Dia sangat lucu.” P’Ann meletakkan kedua tangannya di wajah Win saat dia mengaguminya.
“Tolong jangan. Tidak.” Aku langsung segera menjauhkan kedua tangannya sebelum dia menyakiti Winku. Win tertawa melihat kelakuan kami ini. “Jangan menyakitinya, jangan menyakitinya.”
“Aku baru saja mau mengenalnya.” Sambil menghentakkan salah satu kakinya, P’Ann melihat kearahku, Kedua rambutnya yang diikat seperti ekor babi memantul-mantul di bahunya. P’Im menggoyang tangan P’Ann dan menggelengkan kepalanya ke arah Win. Sambil menyedipkan matanya, P’Ann berbalik melihat kearah Win dan tersenyum malu-malu. “Boleh aku minta nomer handphonemu? Kau boleh memiliki nomerku. 0-8-9…”
“23999…” Aku menghentikan perkataannya dan tertawa pada Win. Dia belum mengatakan apapun dan pipinya memerah saat itu dan itu membuat Win terlihat lebih manis lagi.
“Aku tidak akan memasakkanmu makanan lagi.” P’Ann mencoba mengancamku, dan menggoyangkan tangannya padaku.
“Kita harus masuk!” Tanpa mempedulikan P’Ann aku langsung mengambil tangan Win dan menariknya kedalam. Win menahan tarikanku dan menolak untuk pergi lebih jauh. “Apa? Ada apa sekarang? Kita sudah sampai disini!” Win menggoyangkan kepadanya padaku dan melihatku dengan sebuah tanya. “Ayolah! Kau tidak punya alasan lagi!” Aku tidak menghiraukan perlawanannya dan menariknya masuk kedalam rumah.
Saat kami sudah masuk, kami menyapa semua yang ada disana dan duduk di tempat kosong dilantai menghadap P’Noh dan P’Phun. (Aku rasa mereka sudah baikan kerena aku bisa melihat mereka saling membalas senyum dengan penuh bahagia). Sangat beruntung masih banyak makanan yang tersisa untuk kami. Aku mengambil dua buah mangkuk, ku isi dan yang satunya kuberikan pada Win. Suasana di ruangan ini membuatku merasa relax dan semakin ramai menjelang malam, alkoholpun habis bersamaan dengan makanan yang ada.
Sambil melihat-lihat keadaan sekitar, aku merasa geli saat melihat P’Phun mengambilkan tofu untuk P’Noh. P’Noh mencoba untuk menghentikannya, berkata kalau ia sudah makan cukup banyak, tapi P’Phun terus melakukannya. Dan akhirnya pun P’Noh memberi gerakan seperti tidak sanggup lagi untuk makan. Setelah itu mereka menjadi begitu diam aku kembali melihat ke arah Win. Saat aku melihat mangkuknya kosong, ku ambil dan ku isi lagi, memastikan aku mengambil semua tofu karena P’Phun berusaha mengambil semuanya untuk P’Noh.
“Hei, hei, hei, hei.” Setelah semua selesai makan, tiba-tiba P’Ohm mencuri perhatian kami. “Ayo kita bermain “Truth game”.” (Permainan siapa saja harus jujur).
“Bagaimana cara memainkannya?” Seseorang bertanya padanya.
“Bingung?” P’Ohm bertanya sebelum dia melanjutkannya. “Kau belum pernah memainkannya bukan? Itu tidak bagus. Untuk memperjelas ini kedapa kalian, kita akan memberitahu cara bermainnya sekali lagi karena kita punya seorang pendatang baru bersama kita hari ini. Per, Phun dan Nong Mawin.” Dia berbicara sambil menunjuk kearah kami dengan sebuah botok dan aku bingung kenapa Knott tidak ditunjuk saat itu. Sejak kapan dia mulai memainkan permainan ini bersama mereka? Dimana aku pada waktu itu?
“Jadi begini cara permainan ini akan berkerja. Aku akan memutar botol ini.” P’Ohm memegang sebuah botol ditangannya dan menunjuk dengan tangan satunya ke arah tutup botol tersebut. “Siapapun yang tertunjuk, mereka harus menjawab sebuah pertanyaan dengan saat jujut. Mereka harus menjawab dengan sejujur-jujurnya.
“Kebenaran?” Aku bertanya pada P’Ohm. Aku rasa aku tidak punya begitu banyak rahasia, salah satunya yang aku punya, tidak sebaiknya untuk diberitahu pada orang lain. Itu tida akan menghentikanku untuk bermain permainan ini tentunya. Aku bukan seorang pecundang.
“Bagaimana cara kita memutarkan botolnya?” Noh bertanya  sambil melihat ke arah piring-piring dan beberapa mangkuk juga sayur di meja yang begitu berantakan.
Semuanya bekerja sama untuk membersihkan meja itu, merapikan piring-piring ke tempat cuci piring dan menyimpan kembali beberapa makanan ke dalam kulkas. Ini tidak memakan waktu lama untuk kami sampai pada akhirnya kami duduk mengelilingi meja dan bersiap untuk bermain. P’Ohm menaruh botol kosong itu di tengah-tengah meja dan bersiap untuk memutarnya. Korban pertama adalah P’Khom yang mana telah berkata jujur kalau dia masih perjaka dan sama sekali belum pernah melakukan “itu” dengan mantan pacarnya. Dan selanjutnya gilirin P’Khom untuk memutar botol itu, tetapi tidak membiarkannya untuk berhenti dengan sendirinya. Dengan tangannya ia menghentikan botol itu.. dan botol itu mengarah kepadaku!
“Hei! Ini pasti sudah direncanakan!” Aku menuduhnya ketika dia sendang tertawa.
“Beri dia sebuah pertanyaan yang sulit.” P’Ohm berbisip kepada P’Film. Tapi kenapa malah P’Film yang bertanya bukan P’Khom. Aku tidak tau. Aku lebih memilih P’Khom, dia lebih baik dari pada mereka, aku yakin dia tidak akan bertanya sesautu yang berlebihan. Nah kalau P’Film akan lain cerita.
“Sudah berapa banyak wanita konven yang kau tiduri?” Sambil melihat ku dengan serius, P’Film menunjuk ke arahku dan bertanya padaku.
“Tidak!” Aku seharusnya tau dan meminta P’Khom yang bertanya padaku. Ini bukanlah pertanyaan yang ingin kujawab dan aku benar-benar merasa tidak nyaman untuk menjawab ini dimana Win saat ini berada tepat disampingku. Memberitahu yang sesungguhnya dan membuat semua orang terkejut. “Tidak pernah, Aku tidak pernah melakukannya.”
“Per, jika kau tidak berkata jujur aku akan menghajarmu.” P’Ohm mulai mengacau. Sial, aku tidak bisa melakukannya. Mereka ingin sebuah jawaban nyata, dan jawaban itu tidak ingin ku beri.
“Hanya wanita konven?” sambil menggosok dagu, aku mencoba untuk terlihat sombong.
“Ya.”
“Semua wanita di konven?” Aku tersenyum jahat, mencoba untuk mencairkan suasana.
“Ya! Memang ada yang lain?” P’Film berbicara sambil menuntut.
“Baiklah.” Sambil mencoba untuk mengingat nama mereka. Tidak mudah untuk mengingat semuanya. “1,2,3,4,5.”
“Ada 6kan.” Knott mencoba memperbaiki.
“Hanya 5 yang terhitung!” Aku yakin hanya ada lima orang. Nama siapa yang aku lupakan?”
“Mau mencoba untuk menghitungnya bersama-sama?” Knott menantangku karena dia tau lebih baik dari aku.”
“Baiklah.” Aku menyetujuinya dan kami mengucapkan nama mereka satu-persatu.”Roong, Fah, Ple, Som, and Fern… dan siapa lagi?”
“Apa kau lupa dengan P’Ning?” Sambil tersenyum Knott tau dia sudah berhasil memojokkanku. Aku sudah lupa dengan nama itu. Ingatannya benar-benar berbahaya.
“Oh. Yeah.” Ini terdengar tidak bagus. Karena itu aku akan mendapat reputasi pria yang….. “Jadi 6 bukan.”
“Sebaiknya kau menggunakan pengaman teman.” Sambil melihatku P’Noh menggelengkan kepadalanya kepadaku.
“Ya.” Aku menjawabnya sambil menundukan kepalaku ke bawah. Saat P’Noh mengatakan itu, aku tidak bisa mencari alasan lagi. Aku tau seberasa besar dia peduli dengan kami semua.
Kini saatnya untuk ku yang memutar botolnya dan kali ini botol ini berhenti menunjuk kearah orang bermulut besar dari grrup kami. “Kau beruntung P’Ohm.”
“Apa kau mau bertanya atau tidak?” Dia berbicara sambil mengambil botol tersebut, dia bermaksud untuk melewati gilirannya. “Jika tidak aku akan memutarnya lagi.”
“Tunggu! Tenang.” Setelah mencoba untuk menghentikannya, aku mencoba untuk memikirkan sebuah pertanyaan untuknya. Ada satu hal yang membuatku benar penasaran dan aku tau sudah banyak yang mengetahuinya. “Pertanyaanku untukmu sangat pendek dan mudah. Apa hubungan yang ada padamu dan Mick?”
“Kami hanya kakak dan adik.” P’Ohm menjawabku dengan wajah serius, tapi tidak ada satupun yang percaya padanya.
“Saat aku sedang berbincang-bincang dengan P’Ohm, aku menyadari kalau Win sudah di tidak ada disisiku. Aku melihat ke sekeliling, berdiri mencari nya. Karena aku tidak menemukannya di dekat sini, aku mencoba untuk mencarinya dilantai dua di ruangan Noh, tapi aku juga tidak menemukan apa-apa. Saat aku pergi dari lantai dua, aku melihat Win sedang berdiri di dek lantai dua dan aku berjalan mendekatinya. Dia menatap bintang dengan tatapan sedih dan itu membuat hatiku merasa sedih.
“Ada apa?” Aku berjala mendekatinya, menyandarkan tanganku pada dinding pembatas. “Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau pergi kesini?”
“Tidak ada.” Wajahnya yang marah mengatakan hal lain.
“Apa kau tidak merasa nyaman?” sambil mengepalkan kedua tanganku, aku takut kalau pesta ini terlalu berlebihan untuk dia. Teman-teman di klub ku terkadang memang kasar dan gila tapi mereka adalah orang baik.
“Tidak juga.” Sambil mengatakannya dia membantahku.
“Lalu apa ada yang salah?” Jika Winnie tidak merasa senang, Aku tidak bisa membiarkannya. Dia adalah tanggung jawabku. “Apa kau mau pulang ke rumah?”
“Tidak. Aku hanya akan mengacau jika aku pulang sekarang.” Dia mengkerutkan dahinya padaku.
“Nah. Aku akan mengantarmu pulang.” Aku melambaikan tanganku padanya untuk mengacaukan perhatianya. “Kau mau pulang?”
“Dan nanti kau akan kembali lagi?” Win bertanya padaku, tapi itu tidak terdengar seperti sebuah pertanyaan. Dia sudah tau jawaban ku.
“Ya. Aku senang disini.” Aku memberikannya jawaban seperti yang dia inginkan. Tentu saja, aku akan kembali kesini lagi saat setelah aku mengantarnya pulang.
“Oke kan.” Jika jawabanku seperti jawabannya, Win akan mengikuti kata-kataku. “Aku tetap tinggal. Aku akan kembali kedalam.”
“Apa ada yang salah?” Tanpa menunggunya untuk berbicara, aku tau ada sesuatu yang mengganggunya. Aku punya sebuah ide seperti apa yang aku lakukan di game, tapi aku tidak bisa melakukannya pada Win. Win menggelangkan kepalanya, tapi aku mencoba mendekatinya dan melihat kearah matanya. “Ada apa? Hmm? Apa yang mengganggumu?”
“Tidak ada apa-apa.” Win menjawabku sambil menggelengkan kepalanya lagi, membuat rambut poni lembutnya berayun diatas alis matanya.
“Ada apa?” Aku semakin mendekati wajahnya, aku hampir bisa merasakan nafasnya di bibirku. Ini benar-benar sangat dekat dan aku bisa melihat wajah Win dengan jelas, Aku bisa melihat jelas matanya yang coklat kulitnya yang lembut dan bibir pinknya yang manis. Ini adalah sebuah kombinasi wajah yang begitu bagus dan aku sangat kagum saat melihat wajahnya.
“Apa yang kau lakukan?” Sambil memalingkan matanya, Win melihat ke arah bibirku. Aku semakin mendekat padanya dan aku memberinya sebuah ekspesi untuk melepas ketegangan saat itu. Lalu dia mendorongku dengan satu tangan dan berkata. “Baiklah.”

To be continue....

No comments:

Post a Comment